My World

My World

Thursday, March 19, 2015

Aku Akan Bersyukur Jadi Pendamping Hidupmu :)

Tahukah wahai calon imamku? Sedari dulu aku memimpikan sebuah lamaran yang romantis beserta kejutan manis yang tak pernah kuduga. Dilengkapi juga dengan adanya dokumentasi agar nanti aku bisa melihat ekspresiku kembali saat kau memintaku menjadi teman hidupmu.Aku ingin dilamar dengan cara yang manis dan tak biasa. Mungkin dengan balon warna-warni atau bunga mawar yang indah dengan sebuah cincin terselip diantaranya. Akan tetapi, seiring bertambahnya usia aku sadar, toh keinginanku yang mungkin sedikit berlebihan itu tak mudah untuk terjadi.Aku sadar betul, ada keterbatasan waktu dan biaya, atau mungkin saja kau memang bukan tipe pria yang romantis. Kau pasti punya caramu sendiri untuk meminangku. Maka biarlah semua mengalir seadanya saja.Tenanglah, aku tidak sedang menuntutmu. Apapun caramu, aku akan tetap merasa bahagia. Toh meskipun lamaran impianku tak bisa terwujud, tak akan mengurangi sakralnya hubungan pernikahan kita nanti. Namun satu hal pasti yang selalu kuinginkan untuk terwujud adalah, laki-laki tampan yang dating untuk melamarku adalah dirimu.

Aku juga punya bayangan tentang rumah impian untuk keluarga kecil kita nanti. Tapi aku tak akan merengek memintanya darimu. Mari saling mendukung untuk membuatnya menjadi nyata.


Ingatkah kamu cerita tentang rumah impian yang pernah kuungkapkan padamu? Rumah dengan jendela besar, beraksitektur Minimalis, dan halaman yang luas tempat anak-anak kita tumbuh dan berkembang dengan alam.
Aku meginginkan sebuah jendela besar supaya udara bebas bisa senantiasa memberikan nafas segar pada keluarga kita.
Oh iya, aku juga berkhayal ada rumah pohon cantik di halaman seperti Rumah yg sering kita lihat dimenteng.
Rumah pohon itu adalah tempat kita menikmati senja dan bintang, atau juga tempat anak-anak kita bermain nanti.
Tapi, lagi-lagi impian itu terbentur dengan realita yang ada.
Aku sadar kita bukan orang dengan kebebasan finansial diatas rata-rata. Bahkan kita harus berusaha keras banting tulang dan memeras keringat untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi mewujudkan impian kita untuk menikah.
Sekali lagi, tenanglah lelakiku.
Percayalah, aku bukanlah wanita seperti itu. Aku tak akan pernah meninggalkanmu hanya karena kau tak bisa membangun rumah impian untuk keluarga kita.
Jangan khawatir, karena aku bersedia hidup sebagai pendampingmu meski harus tidur di rumah kontrakan sederhana. Selama kau dan aku selalu berusaha dan berjibaku untuk mewujudkannya, aku tak akan pernah mempermasalahkannya.
Bukankah akan lebih manis jika kita mengalami banyak proses hidup bersama-sama? Rumah impian yang pernah ku ceritakan itu tak perlu kau turuti.
Mari kita usahakan bersama-sama. Bagiku rumah ternyaman dan selalu jadi impianku adalah dirimu. Kaulah rumah yang selalu bisa menghangatkan keluarga kecil kita nanti.
Ya, jikalau impian-impianku di atas memang tak bisa terwujud, tak masalah buatku. Tapi satu impian yang selalu diam-diam kupanjatkan dalam do’a, yatu menjadi pendampingmu bisa terwujud jadi nyata.
Ya, semoga doa dan mimpiku itu bisa terwujudkan.
Semoga kita bisa merangkai mimpi-mimpi kita berdua dengan ikatan pernikahan kita nanti.
Semoga ALLAH mengijinkannya..Aminnnnn :)


No comments:

Post a Comment