My World

My World

Monday, March 23, 2015

Tujuan Akhirku

Datanglah padaku dengan apa adanya. Kau tak perlu harus sangat kaya raya, rupawan, atau punya kesabaran tanpa batasan demi menjadikanku pasangan. Sungguh, versi ideal macam itu tak begitu penting di mataku. Aku pun tak akan repot bertanya berapa banyak hati yang sempat kau lewati sebelum diriku. Buat apa? Toh tanpa mereka, kau yang sebaik hari ini juga tak akan ada. Walau kadang cemburu, aku akan berusaha sekuat mungkin untuk berdamai dengan masa lalumu.Bagiku, cukuplah kamu yang muncul di depan pintu sembari berkata,“Aku sudah selesai dengan diriku. Sekarang aku ingin menjalani hidup bersamamu.”, kata-kata sederhana macam ini sudah bisa melelehkan hatiku.Aku juga bukan manusia sempurna. Dulu, aku sempat menjelma jadi versi brengsek seorang manusia. Aku pernah menyakiti orang-orang yang menyayangiku tanpa syarat. Aku pernah melakukan kebodohan dengan menyerahkan hati pada orang yang salah. Dalam beberapa kesempatan, air mataku sempat menetes karena menangisi kehilangan yang serasa seperti kiamat.
Kau bisa menemukan tweets dan status Facebook-ku yang penuh kata-kata puitis nan galau. Jika menggali postingan lama blog-ku akan kau temukan aku yang sempat mencintai orang lain sedaalam itu. Tak perlu cemburu. Aku yang kini sudah selesai dengan romantisme picisan macam itu.
Aku juga bukan Perawan Maria yang suci dari jamahan pria. Jelas akan kupersembahkan tubuhku untukmu. Satu yang perlu kau tahu, ada jejak tangan lain yang tertinggal di sana — bukti bahwa aku pernah alpa sebagai manusia. Egomu mungkin terluka saat mendengar pengakuanku, namun aku tak ingin memulai segalanya di bawah payung dusta. Kau berhak mendapatkanku dalam versi sejujur-jujurnya.
Setelah mendengar ini, semoga kau tak kecewa. Aku hanya berharap kau melihatku sebagai orang yang pernah salah arah, tapi rela berjuang kembali ke jalan yang “benar” biarpun sampai harus berdarah-darah.Setiap rasa sepi dan sendiri itu menyeruak, selalu ingatlah. Kau tak sendiri. Kita sejatinya sedang bergumul di satu garis emosi.
Waktu kamu merasa nelangsa karena makan seorang diri,  aku disini pun tak lebih baik nasibnya.aku berdoa semoga bisa segera bertemu kamu untuk punya agenda makan malam bersama yang penuh canda.
Demi kebersamaan sederhana macam itu, kau memaksaku makan malam penuh lemak di Rumah Makan Padang pun tak apa. Selama muka kepedasanmu bisa kutemukan di depan mata.
Jarimu berteriak butuh genggaman. Pinggangku menjerit ingin direngkuh saat menyeberang jalan. Kita berharap segera saling menemukan.
Tapi bukankah hal-hal baik selalu membutuhkan waktu tunggu? Antre dokter saja kita rela menanti berjam-jam. Memalukan ‘kan jika cinta justru kita harap datang tanpa proses panjang?Akan tiba masa dimana kita bisa saling merengkuh, meluapkan kasih lewat peluh. Akan datang malam-malam hangat ketika kita bisa berbagi selimut berdua. Main petak umpet, lompat tali, bertanding uno dan adu main domino — atau sesederhana bercinta di bawah hangatnya kain penutup badan tanpa perlu lagi khawatir pada ancaman api neraka.Berdua, kita menggenapkan hidup masing-masing. Berdua, kita rayakan surga dunia tanpa perlu lagi takut dosa.

terimakasih karena mama sudah memberikan masa kecil yang sempurna :)

Mama lah malaikat yang diberi kepercayaan dari Sang Maha Segalanya untuk menjagaku. Mama selalu menjaga kandungan saat ragaku masih berwujud janin dan bersemayam di dalam rahim. Bahkan, saat aku terlahir ke dunia dan hanya mampu terbaring dan menangis, mama tidak keberatan merawat bahkan rela terjaga hingga pagi buta demi memastikan kenyamananku.
Ma, apakah mama masih ingat saat pertama kali mengantarkanku ke gerbang taman kanak-kanak? Saat itu aku merengek manja dan tidak mau terlepas dari genggaman mama.Itulah salah satu kenangan dari banyaknya memori manis saat bersama mama yang masih lekat di lingkar kepala. Sewaktu aku kecil, aku enggan berpisah barang sedetik pun dari mama. Aku merasa nyaman dan aman di dekatmu.
Hatiku pun demikian, selalu hangat dan meremang tiap kali ada kehadiran mama. Ya, mama selalu berhasil menjadi
 oase di tengah kegundahan dan kegamangan yang aku rasa.Hingga aku beranjak dewasa seperti sekarang, aku tidak pernah kekurangan limpahan kasih sayang. Dari mama aku belajar apa arti mencintai dan menyayangi tanpa syarat.Saat papa sibuk bekerja di luar kota, mama lah yang selalu ada dan sedia menjagaku dan adik-adik di rumah. Mama selalu memberikan perlindungan dan mencukupi segala yang kami butuhkan. Bahkan, saat mama sibuk dengan urusan pekerjaan, kebutuhanku dan saudaraku tidak pernah terabaikan. Masih ‘kah mama ingat ketika harus bangun di pagi buta setiap harinya?Ya, dari mama aku belajar banyak hal. Pengorbanan serta penerimaan yang juga sepaket dengan kasih sayang yang tidak pernah ada habisnya.Hubungan kita memang tidak selamanya hangat, ma. Terkadang aku dan mama saling mendiamkan atau malah kita terlibat pertengkaran. Aku tidak setuju terhadap pola pikir mama yang ku anggap terlalu kuno. Begitu juga mama yang tidak bisa menerima pendapatku karena dianggap bertentangan.Aku tahu bahwa sikapku secara tak sengaja telah menggoreskan luka di hati mama. Aku minta maaf ma, itu semua karena terkadang aku lelah mengikuti aturan yang mama buat. Iya aku tahu aturan itu memang demi kebaikanku. Hanya saja aku ingin menapaki jalanku dengan caraku sendiri.Sekali lagi, maafkan aku ya ma, jika aku pernah membangkang dan membuat hati mama sedikit berlubang.

Sunday, March 22, 2015

Aku adalah pihak yang diKecewakan,Bohong jika kubilang itu tak menyakitkan.

Kau dan aku bertemu ketika kita masih sama-sama muda dan lugu.
Awal kedekatanmu dan aku pun begitu sederhana: ada rasa nyaman saat kita berbicara dan begitu menyenangkan saat kita saling melempar canda. Jiwa kita tumbuh bersama, menyaksikan satu sama lain 
mendewasaAku sempat begitu percaya pada “kita”. Bagiku,aku dan kamu adalah dua orang yang saling mengimbangi dan melengkapi. Karaktermu yang sedikit cuek kutimpali dengan sifatku yang lebih perhatian. Ketika Aku malas pergi ke luar kamar untuk mencari makan, Kau tak ragu datang dengan sebungkus nasi Padang di tangan. Ketika kau kehilangan semangat untuk bekerja, aku menawarkan diri menjadi partner diskusi. Senang rasanya melihatmu tersenyum dan berkata, “Hei, Aku Berhasil.”Begitu juga sebaliknya. Sifatku yang mudah gelisah kau redam dengan pribadimu yang tenang. Kau bilang, jangan takut gagal, karena tugasku hanya berusaha sebaik-baiknya. Kau pun berkata bahwa semua akan baik-baik saja. Dekapanmu yang hangat dan erat membuatku percaya.Tentu ada saat di mana kita bersilang pendapat. Tapi pernahkah aku terpikir untuk meninggalkanmu karena opini kita tak bertitik temu? Tidak. Bukankah selama ini kita berusaha menyelesaikan segala masalah yang ada secara dewasa?Tapi sejak Aku Tau Ada kebohongan.Sepanjang sisa pertemuan aku berusaha terlihat tenang, tak sudi memperlihatkan air mata. Baru saat kembali ke kamar sendirian aku menangis tanpa jeda. 
Esok paginya dan pada beberapa pagi setelahnya aku bangun dengan bengkak di kedua mata dan nyeri hebat di kepala.Jangan salahkan aku jika sempat percaya bahwa kau istimewa.
Bagaimanapun, kita pernah bahagia.
Pertanyaan itu yang berputar di kepalaku di hari-hari pertama setelah Itu. Memang akulah pihak yang diKecewakan.Bohong jika kubilang itu tak membuatku sakit hati.
Kau tak akan pernah tahu apa yang kurasakan; bagaimana aku berusaha bertahan.
Mendengarnya saja membuatku harus mengingatkan diri untuk tenang dan mengambil napas dalam-dalam.
Melintasi tempat-tempat yang dulu punya makna untuk kita,memegang barang-barang yang pernah menjadikan hidupku lebih berwarna,hubungan yang kita jalani terlalu panjang untuk tak menyisakan memori.
Pernahkah kau mengira bahwa aku akan jatuh sedalam ini?
“Proses penyembuhan” ku berlangsung pelan-pelan. 
Tak seperti dirimu, aku memang tak bisa langsung memasang wajah tak peduli dan menjalani hari seolah tak ada apa-apa yang terjadi.

Di hari-hari pertama setelah Itu Terjadi,aku kerap tenggelam dalam luapan emosi yang tiba-tiba datang.
Teman yang membantuku bertahan.
Mereka meyakinkanku,hidup adalah lebih dari apa yang pernah kumiliki denganmu.
Bahwa masa depan menjanjikan lebih banyak kebaikan dari masa lalu. Aku pun mendidik hati untuk menerima.Meyakini bahwa Tuhan sedang menyiapkan yang terbaik didepan sana. 
Aku berhenti mengasihani diri sendiri, berhenti menyalahkanmu, menyalahkan aku, menyalahkan keadaan.Pelan tapi pasti, aku memaafkan apa yang terjadi.Memahami itu semua membuatku lebih dewasa. Aku yang dulu pencemas dan takut gagal kini lebih mudah berserah dan bersabar. Aku yang dulu takut sendirian kini sadar tak ada yang sebenarnya perlu dikhawatirkan. Cukuplah aku bahagia dengan apa yang sekarang ini aku punya.

Untukmu, yang Telah Mengajarkanku Bahwa Cinta Itu Sederhana.

Sebelum bertemu denganmu, aku hanyalah seorang remaja yang penuh khayalan tentang cinta. Keromantisan, umbaran kata sayang, pujian kekaguman, hingga hadiah dan kejutan yang tak ada habisnya. Ya, seperti yang sering aku baca di novel atau tonton di film-film penuh romansa. Di situ, yang aku tahu, cinta sama dengan bahagia.
Lalu, aku bertemu dengan dirimu, yang saat ini menjadi kekasihku. Lucu rasanya bila mengingat bagaimana kita bersatu.Tapi, perbedaan yang begitu banyak itu tidak pernah aku pedulikan. Darimu, aku bisa belajar banyak hal. Darimu, aku tahu, bahwa cinta itu, sesungguhnya, sederhana.Sampai saat ini, aku masih tidak percaya kita bisa bersatu. Kamu sama sekali jauh dari sosok kekasih yang selama ini ada dibayanganku, yang tentunya kudapat dari buku. Kamu tidak mengenal kata romantis, bicaramu pun terlampau jujur seperti tidak mengenal pahit dan manis. Dan parahnya lagi, sifatmu cuek bukan kepalang. Jangankan kejutan, SMS atau telepon saja jarang sekali kau berikan.
Jelas, aku sering naik pitam. Aku pun ingin diperhatikan seperti yang pasangan lain lakukan. Sapaan manis di pagi hari, telepon singkat untuk mengecek apakah aku sudah makan atau belum, kata rindu saat kita sudah lama tak bertemu, atau sesederhana pesan bertuliskan “mimpi indah” sebelum aku tertidur.

 Tapi seringnya, kamu terburu-buru berangkat ke Kantor karena bangun kesiangan dan akhirnya lupa memberiku sapaan pagi. Seringnya juga, kamu terlalu sibuk sampai luput menanyakan kabar pacarmu ini. Lebih sering lagi, kamu lelah setelah seharian beraktivitas dan akhirnya tertidur pulas tanpa sempat memberiku pesan yang hangat.
"Apa ini cinta yang sesungguhnya? Mengapa tidak penuh romansa seperti apa yang selama ini aku baca?"
Kamu pasti sudah tahu ‘kan bagaimana sosok kekasih yang selama ini aku impikan? Ya, yang bisa menjadikan khayalan semasa remajaku nyata. Dia yang penuh romansa dan sering mengumbar kata cinta. Sayangnya, Tuhan malah mempertemukanku denganmu yang 180 derajat bedanya.
Tapi tenang, Sayang, aku sama sekali tidak menyesal. Di awal menjalin hubungan, kita memang tiada hentinya bertengkar. Sifatmu yang cuek, membuatku merasa tidak dapat perhatian. Bayangkan saja, bisa seharian penuh kamu tidak menanyakan kabarku. Sampai di satu titik aku merasa lelah dan bertanya: Apa benar kamu sayang padaku? Mengapa tidak pernah kamu tunjukkan perasaanmu?Saat itu, aku takut mendengar jawaban apa yang akan keluar dari mulutmu. Tapi, masih ingatkah apa yang kamu berikan sebagai jawaban? Sebuah senyuman dan pelukan hangat. Lalu, kamu pun bercerita, bagaimana sebenarnya caramu mencinta.Rasa takutku pun berubah menjadi tangisan haru. Entah mengapa aku baru menyadarinya saat itu, kalau aku tidak perlu meragukan perasaanmu. Sejujurnya, aku malu. Malu karena ternyata selama ini adalah aku, pihak yang egoisnya sungguh terlalu.Selama ini kamu telah mencintaiku dengan begitu sabar dan begitu sederhana.
Ya, sederhana karena kamu tidak pernah terpaksa melakukannya dan kamu pun tidak pernah meminta apa-apa sebagai gantinya.
Aku ingat betul kamu seringkali datang ke tempat kostku tanpa diminta, lengkap dengan membawa nasi Bebek kesukaan kita berdua. Alasannya, kamu tahu aku pasti belum Makan karena malas cari makan sendirian.
Saat itu aku belum sadar kalau kamu sedang memberikan perhatian yang aku tahu hanya perutku tidak lagi kelaparan.
Aku juga ingat bagaimana kamu selalu siap menghiburku di saat penat, saat aku sedang pusing. Kamu siap mengantarkanku pergi ke manapun yang kumau. Entah itu berkeliling Dari menteng ke Kota Tua,mencari Green Tea Frape untuk menyegarkan pikiran. Kamu membawaku dengan sepeda motormu tanpa menolak. Di sepanjang jalan pun kamu tidak henti-hentinya membuatku tertawa. Saat itu aku tidak sadar kamu sedang berusaha membuatku bahagia,yang aku tahu hanya tidak lagi merasa sakit kepala.Sayang, aku merasa malu lagi. Aku kira selama ini hanya aku saja yang menyimpan rindu saat kita berhari-hari tidak bisa bertemu. Habisnya, setiap pesan berisikan kerinduanku hanya kau biarkan terbaca saja tanpa pernah digubris. Tapi syukurlah, kalau memang kamu pun juga sering merasakan kerinduan yang sama.iya, aku ingat. Setiap Aku kembali dari Kampung Halamanku, tempat kostkulah yang pertama kali kau datangi. Dengan tampang menyebalkan, kamu minta Minum Karena Kehausan diJalan.Keterlaluannya lagi, kamu meminta punggungmu dipijat karena pegal sepanjang perjalanan. Saat itu, aku hanya merasa sebal karena dibangunkan dan sudah diminta macam-macam. Maaf, Sayang, aku tidak tahu kalau itu bukti kerinduan.Sejujurnya, aku tidak pernah tahu berapa banyak waktumu yang sudah terlewati hanya untuk bersamaku. Setiap malam minggu saja, kamu selalu merelakan waktu mainmu diganti untuk menemaniku; entah itu makan malam, menonton film, atau hanya sekadar menikmati jalanan di malam hari. Belum lagi waktu-waktu pribadimu, yang dulu sebelum bersamaku kamu habiskan untuk bermain.Kamu tidak pernah mengeluh sedikitpun mengenai waktumu yang terbuang. Kamu menjalani setiap detiknya bersamaku dengan senyuman. Sedangkan kamu terlambat 5 menit saja, aku merasa waktuku sudah tersita. Maaf, Sayang, aku tidak pernah menyadarinya. Terima kasih untuk hal terindah yang pernah kamu berikan padaku, yaitu waktumu.Aku ingin berterima kasih kepadamu, untuk cinta yang begitu tulus dan sederhana. Terima kasih untuk selalu mencintaiku tanpa syarat, tanpa mengharapkan balasan. Terima kasih untuk genggaman tangan di saat yang sulit, senyuman manis di saat yang getir, dan jutaan waktu yang selalu sempat kau luangkan.Aku tahu, ribuan kata terima kasih pun tidak akan cukup untuk membalas semuanya. Pun aku tahu, kamu tidak ingin untuk dibalas. Tapi izinkanlah aku berjanji untuk menjadi sosok yang lebih pantas untuk kau dampingi. Aku akan berusaha menghargai seluruh usahamu untuk membuatku merasa dicintai. Tidak akan lagi ada keluhan akan pesan yang tidak dibalas atau tuntutan untuk mengumbar kata mesra. Aku akan lebih menghargai dirimu, usahamu, juga waktumu. Aku berjanji, tidak hanya kepadamu, tetapi juga pada diriku sendiri.Terima kasih, Sayang, untuk pelajaran cinta yang berharga di ratusan hari hubungan kita. Dan mulai detik ini, aku akan memulai hal yang sama, mencintaimu dengan lebih sederhana.


Thursday, March 19, 2015

Aku Akan Bersyukur Jadi Pendamping Hidupmu :)

Tahukah wahai calon imamku? Sedari dulu aku memimpikan sebuah lamaran yang romantis beserta kejutan manis yang tak pernah kuduga. Dilengkapi juga dengan adanya dokumentasi agar nanti aku bisa melihat ekspresiku kembali saat kau memintaku menjadi teman hidupmu.Aku ingin dilamar dengan cara yang manis dan tak biasa. Mungkin dengan balon warna-warni atau bunga mawar yang indah dengan sebuah cincin terselip diantaranya. Akan tetapi, seiring bertambahnya usia aku sadar, toh keinginanku yang mungkin sedikit berlebihan itu tak mudah untuk terjadi.Aku sadar betul, ada keterbatasan waktu dan biaya, atau mungkin saja kau memang bukan tipe pria yang romantis. Kau pasti punya caramu sendiri untuk meminangku. Maka biarlah semua mengalir seadanya saja.Tenanglah, aku tidak sedang menuntutmu. Apapun caramu, aku akan tetap merasa bahagia. Toh meskipun lamaran impianku tak bisa terwujud, tak akan mengurangi sakralnya hubungan pernikahan kita nanti. Namun satu hal pasti yang selalu kuinginkan untuk terwujud adalah, laki-laki tampan yang dating untuk melamarku adalah dirimu.

Aku juga punya bayangan tentang rumah impian untuk keluarga kecil kita nanti. Tapi aku tak akan merengek memintanya darimu. Mari saling mendukung untuk membuatnya menjadi nyata.


Ingatkah kamu cerita tentang rumah impian yang pernah kuungkapkan padamu? Rumah dengan jendela besar, beraksitektur Minimalis, dan halaman yang luas tempat anak-anak kita tumbuh dan berkembang dengan alam.
Aku meginginkan sebuah jendela besar supaya udara bebas bisa senantiasa memberikan nafas segar pada keluarga kita.
Oh iya, aku juga berkhayal ada rumah pohon cantik di halaman seperti Rumah yg sering kita lihat dimenteng.
Rumah pohon itu adalah tempat kita menikmati senja dan bintang, atau juga tempat anak-anak kita bermain nanti.
Tapi, lagi-lagi impian itu terbentur dengan realita yang ada.
Aku sadar kita bukan orang dengan kebebasan finansial diatas rata-rata. Bahkan kita harus berusaha keras banting tulang dan memeras keringat untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi mewujudkan impian kita untuk menikah.
Sekali lagi, tenanglah lelakiku.
Percayalah, aku bukanlah wanita seperti itu. Aku tak akan pernah meninggalkanmu hanya karena kau tak bisa membangun rumah impian untuk keluarga kita.
Jangan khawatir, karena aku bersedia hidup sebagai pendampingmu meski harus tidur di rumah kontrakan sederhana. Selama kau dan aku selalu berusaha dan berjibaku untuk mewujudkannya, aku tak akan pernah mempermasalahkannya.
Bukankah akan lebih manis jika kita mengalami banyak proses hidup bersama-sama? Rumah impian yang pernah ku ceritakan itu tak perlu kau turuti.
Mari kita usahakan bersama-sama. Bagiku rumah ternyaman dan selalu jadi impianku adalah dirimu. Kaulah rumah yang selalu bisa menghangatkan keluarga kecil kita nanti.
Ya, jikalau impian-impianku di atas memang tak bisa terwujud, tak masalah buatku. Tapi satu impian yang selalu diam-diam kupanjatkan dalam do’a, yatu menjadi pendampingmu bisa terwujud jadi nyata.
Ya, semoga doa dan mimpiku itu bisa terwujudkan.
Semoga kita bisa merangkai mimpi-mimpi kita berdua dengan ikatan pernikahan kita nanti.
Semoga ALLAH mengijinkannya..Aminnnnn :)


Hey You...

Aku akui. Masalah denganmu memang demikian menyita energi. Sehari-hari, kepalaku hanya dipenuhi pertanyaan perihal apa yang terjadi dalam hubungan kita. Aku merasa begitu stres dan putus asa. Merutuki kenapa yang terjadi di antara kita seperti tak ada akhirnya. Jujur aku pun merasa takut, karena tak pernah terlintas di kepalaku bahwa kita bisa saling menyakiti seperti ini. Lantaran takut kehilangan, aku memaksa diriku sendiri supaya lebih keras berusaha demi bisa menyelesaikan masalah kita.
Tapi, lihat apa yang justru terjadi. Kita selalu sama-sama emosi. Berkali-kali kita bertemu dan membicarakan masalah yang terjadi, kita malah bertengkar hebat. Tak bisa mengendalikan diri dan tak mau bicara dengan kepala dingin. Masalah kita tak selesai, Sayang, tapi malah semakin parah dan runyam. Ya, karena kita tak pernah berusaha introspeksi sebelumnya. Ketika aku dan kamu sama-sama keras kepala, kita tak bisa berpikir terbuka dan menemukan solusi untuk masalah kita.

Wednesday, March 18, 2015

DariKu, Untuk Ibumu :)

Ibu, terima kasih karena mau membuka hati dan menerimaku ke dalam lingkar keluarga. Tahukah Ibu betapa jantungku berdegup kegirangan ketika Ibu mau menyambutku dengan tangan terbuka?
Ya, aku tak pernah mengira jika tanggapan Ibu kepadaku akan begitu hangatnya. Apalagi karena aku gadis yang biasa-biasa saja.
Aku ingat ketika kali pertama aku diajak berkunjung ke rumah Ibu. Aku gugup luar biasa, takut jika Ibu akan menolakku. Namun nyatanya ketakutan hanya ada dalam lingkar kepalaku saja.Saat kali pertama aku tiba, Ibu langsung menyambutku dengan tangan terbuka. Ibulah yang membuka obrolan, memahamiku yang saat itu sedang dilanda kegugupan. Di kunjunganku yang berikutnya Ibu tak pernah alpa untuk duduk bersamaku dan membicarakan ini-itu. Bahkan, Ibu dengan repotnya bersedia membuatkan banyak rupa makanan untuk kubawa pulang.
Harus kuakui, Bu, aku memang gadis yang biasa saja.
Aku tak pandai memulas bedak dan mengoleskan gincu.
Selera pakaianku juga tidak istimewa.
Pakaian yang kukenakan selalu itu-itu saja, tak lepas dari kaos, celana jeans, dan sepatu kets. Bahkan, aku juga tidak terlalu mengikuti gaya berpakaian gadis jaman sekarang.
Untuk urusan dapur, aku juga tak begitu lihai. Masakan andalanku hanyalah mie goreng yang dibalut dengan telur mata sapi.
Walaupun terkadang aku mencoba membuat tumis kangkung yang hasilnya jauh dari sempurna karena selalu kekurangan garam. 
Jika dibandingkan dengan gadis lainnya, aku memang kalah menawan. Namun, Ibu tidak usah meragukan kadar cintaku kepada putramu. Ya, aku mencintainya dari hatiku yang paling dalam. Aku berjanji pada Ibu bahwa dengan segala kekurangan yang aku miliki aku akan membahagiakan putra kesayanganmu.Putra Ibu tidak akan kemana-mana, ia masih akan menjadi putra kesayangan Ibu.Ibu, tidak usah cemas jika aku akan menggantikan posisi ibu.Karena memang ada dua tempat di hati calon suamiku.Untukku, wanita yang akan mendampinginya dan
untuk Ibu, wanita yang telah melahirkannya ke dunia.
Dariku,
Gadis sederhana yang sudah siap mendampingi hidup putra kesayanganmu.

Thursday, March 12, 2015

LanjutkanLah....

Lain pihak maju, dan kau tertinggal
itu langkah yang tertunda bukanlah gagal
yakini jalan tak kan pernah tertutup
cuman pekatnya uji,, buat pikir terkatup
saat nanti terbuka pasti nanti kan jelas arah
karena usai gulita langit pasti akan cerah
usaha yang terkerah kan terbayar pantas
indah hasil bila itu bukan jalan pintas
jgn mudah tergiur untuk melenceng
jgn mundur oleh ujian yang menggembleng
kuatnya niatan jadikanlah tameng
saat ragu menyerbu,, semangat jadikan benteng
kita dulu terlahir sebagai pemenang
dan kita harus mati sbagai juara yang di kenang
dalam hidup jangan tampil sebagai pecundang
jangan pernah menyerah oleh tembok yang menghadang
apapun yang terjadi,,
berjuanglah untuk dirimu sendiri
bukan hanya percaya,,
namun bertindak dan berubahlah dan wujudkan semua
jgn pernah ada kata yasudahlah
itu cuman untuk jiwa raga yang telah kalah
terus maju dan ubahlah cara yang salah
langkah mundur hanya untuk mereka yang menyerah
kita hidup bukan untuk bergantung
yang tegarlah selalu yang kan beruntung
semua sakit pasti kan ada ujung
maka yakin dari perih bahagia kan berkunjung
jangan turunkan derajatmu ketika pasrah
senang adalah wujud dari usaha terkerah
bukan bagi yang mundur dan mengalah
bukan bagi yang takut merasa telah lelah
orang lain bukan penentu baiknya nasib mu
orang lain bukan yang benahi semua citamu
dirimulah yang mementukan setiap langkah
jangan biarkan sikap pasrah bunuh impianmu yang megah.

Monday, March 2, 2015

22 Februari 2015

22 Februari,
Hari yang ga akan pernah aku lupain..
Ya..Ga akan pernah..
4 Tahun Kurang 2 Minggu bukan waktu yg sebentar untuk menjalaninya..
Hari yg membuatku sadar semuanya,
Kisah cintaku..sudah diujung Jalan..
aku kecewa Mungkin iya..atau Mungkin juga tidak..
Aku rasa aku lega, Aku tau kamu seperti apa..

Like Star

Anda Saja Engkau Tahu Resahku Karenamu,Andai Aku Di Benakmu Alangkah Indah Dunia.Bila Ada Satu Nama Ku RinduSelalu Sebutkan Dirimu
Seperti Bintang Indah Matamu,Andaikan Sinarnya Untuk AkuSeperti Ombak Debar Jantungku,Menanti Jawabanmu
Pernah Aku Dengar Darimu Engkau Kini SendiriNamun Adakah Kau Dengarkan Aku Yang Benar Inginkan KamuMungkin Aku Terlalu Berharap Yang Tak Tentu Adakah aku Dihatimu..
Untuk seseorang Yang Pernah ada diKehidupan.
Thank_