Datanglah padaku dengan apa adanya. Kau tak perlu harus sangat kaya raya, rupawan, atau punya kesabaran tanpa batasan demi menjadikanku pasangan. Sungguh, versi ideal macam itu tak begitu penting di mataku. Aku pun tak akan repot bertanya berapa banyak hati yang sempat kau lewati sebelum diriku. Buat apa? Toh tanpa mereka, kau yang sebaik hari ini juga tak akan ada. Walau kadang cemburu, aku akan berusaha sekuat mungkin untuk berdamai dengan masa lalumu.Bagiku, cukuplah kamu yang muncul di depan pintu sembari berkata,“Aku sudah selesai dengan diriku. Sekarang aku ingin menjalani hidup bersamamu.”, kata-kata sederhana macam ini sudah bisa melelehkan hatiku.Aku juga bukan manusia sempurna. Dulu, aku sempat menjelma jadi versi brengsek seorang manusia. Aku pernah menyakiti orang-orang yang menyayangiku tanpa syarat. Aku pernah melakukan kebodohan dengan menyerahkan hati pada orang yang salah. Dalam beberapa kesempatan, air mataku sempat menetes karena menangisi kehilangan yang serasa seperti kiamat.
Kau bisa menemukan tweets dan status Facebook-ku yang penuh kata-kata puitis nan galau. Jika menggali postingan lama blog-ku akan kau temukan aku yang sempat mencintai orang lain sedaalam itu. Tak perlu cemburu. Aku yang kini sudah selesai dengan romantisme picisan macam itu.
Aku juga bukan Perawan Maria yang suci dari jamahan pria. Jelas akan kupersembahkan tubuhku untukmu. Satu yang perlu kau tahu, ada jejak tangan lain yang tertinggal di sana — bukti bahwa aku pernah alpa sebagai manusia. Egomu mungkin terluka saat mendengar pengakuanku, namun aku tak ingin memulai segalanya di bawah payung dusta. Kau berhak mendapatkanku dalam versi sejujur-jujurnya.
Aku juga bukan Perawan Maria yang suci dari jamahan pria. Jelas akan kupersembahkan tubuhku untukmu. Satu yang perlu kau tahu, ada jejak tangan lain yang tertinggal di sana — bukti bahwa aku pernah alpa sebagai manusia. Egomu mungkin terluka saat mendengar pengakuanku, namun aku tak ingin memulai segalanya di bawah payung dusta. Kau berhak mendapatkanku dalam versi sejujur-jujurnya.
Setelah mendengar ini, semoga kau tak kecewa. Aku hanya berharap kau melihatku sebagai orang yang pernah salah arah, tapi rela berjuang kembali ke jalan yang “benar” biarpun sampai harus berdarah-darah.Setiap rasa sepi dan sendiri itu menyeruak, selalu ingatlah. Kau tak sendiri. Kita sejatinya sedang bergumul di satu garis emosi.
Waktu kamu merasa nelangsa karena makan seorang diri, aku disini pun tak lebih baik nasibnya.aku berdoa semoga bisa segera bertemu kamu untuk punya agenda makan malam bersama yang penuh canda.
Demi kebersamaan sederhana macam itu, kau memaksaku makan malam penuh lemak di Rumah Makan Padang pun tak apa. Selama muka kepedasanmu bisa kutemukan di depan mata.
Jarimu berteriak butuh genggaman. Pinggangku menjerit ingin direngkuh saat menyeberang jalan. Kita berharap segera saling menemukan.Tapi bukankah hal-hal baik selalu membutuhkan waktu tunggu? Antre dokter saja kita rela menanti berjam-jam. Memalukan ‘kan jika cinta justru kita harap datang tanpa proses panjang?Akan tiba masa dimana kita bisa saling merengkuh, meluapkan kasih lewat peluh. Akan datang malam-malam hangat ketika kita bisa berbagi selimut berdua. Main petak umpet, lompat tali, bertanding uno dan adu main domino — atau sesederhana bercinta di bawah hangatnya kain penutup badan tanpa perlu lagi khawatir pada ancaman api neraka.Berdua, kita menggenapkan hidup masing-masing. Berdua, kita rayakan surga dunia tanpa perlu lagi takut dosa.
Demi kebersamaan sederhana macam itu, kau memaksaku makan malam penuh lemak di Rumah Makan Padang pun tak apa. Selama muka kepedasanmu bisa kutemukan di depan mata.
Jarimu berteriak butuh genggaman. Pinggangku menjerit ingin direngkuh saat menyeberang jalan. Kita berharap segera saling menemukan.Tapi bukankah hal-hal baik selalu membutuhkan waktu tunggu? Antre dokter saja kita rela menanti berjam-jam. Memalukan ‘kan jika cinta justru kita harap datang tanpa proses panjang?Akan tiba masa dimana kita bisa saling merengkuh, meluapkan kasih lewat peluh. Akan datang malam-malam hangat ketika kita bisa berbagi selimut berdua. Main petak umpet, lompat tali, bertanding uno dan adu main domino — atau sesederhana bercinta di bawah hangatnya kain penutup badan tanpa perlu lagi khawatir pada ancaman api neraka.Berdua, kita menggenapkan hidup masing-masing. Berdua, kita rayakan surga dunia tanpa perlu lagi takut dosa.