My World

My World

Tuesday, May 12, 2015

Maukah kau mengamininya dan berjuang di sisiku untuk menaklukkan masa depan?

Kenapa tidak? Ini memang bukan teori ilmu pasti, namun aku percaya apa yang Tuhan kata.Manusia diciptakan berpasang-pasangan, kau dan aku salah duanya.Melarang kita untuk mendengar. Kita hanya bisa mengencangkan otot leher demi berteriak dan berlomba-lomba untuk bertingkah keras kepala demi mengutarakan pendapat. Ya, mulut ini tak terbungkam, tak kenal lelah ia meracau dan melemparkan kata pedas yang memerahkan telinga.Kau dan aku mendadak menjadi pribadi asing yang tak saling mengenal. Saling mementahkan pendapat, begitu Keras, dan merasa paling benar. Mungkin jika tembok bisa berbicara dan berjalan, dia akan menyerah kalah dan berjalan keluar dari arena.Tak sanggup berada di satu ruangan dengan kita. Hanya hawa panas dan kebencianlah yang sedang beterbangan memenuhi udara.Namun, kita tak memiliki keinginan sedikitpun untuk membalikkan badan dan pergi demi mencari sosok pengganti.Aku sudah terlalu nyaman berada di dalam Hatimu, begitu juga kau yang tak beranjak melepaskan diri dariku. Tanpa disadari kita telah saling mengisi. Pertengkaran, harus diakui, merupakan salah satu senyawanya.Memang sudah tak terhitung berapa banyak pertengkaran yang pernah tercipta. Dua tanganku pun pasti kekurangan jari demi bisa menghitung semua pertengkaran yang telah kita lakoni. Namun, yakinlah berapa puluh kalipun ia bersua, ia tak sanggup melenyapkan rasa cinta yang sudah lebih dulu ada.Memang tiap kali pertengkaran usai, kita harus rela berjeda barang sejenak. Kita tak bertatap muka pun bertukar pesan untuk beberapa hari.Semua itu kita lakoni demi menata hati yang sedang luluh lantak sembari menekuni kesalahan yang pernah ada. Namun, tahukah kamu, seburuk apa pun pertengkaran yang telah kita hadapi, aku tak pernah berkeinginan menghapus namamu dari dalam lipatan hatiku.Rasa di hati tak pernah berniat mengepak koper dan beranjak pergi, apakah kamu juga merasakan hal yang sama?Sayang, ingatkah kau sudah berapa puluh bulan kita bersama? aku Tau kau bukan tipikal Pria romantis yang selalu menandai kalender demi menyiapkan perayaan hari jadi. Ah, namun tentu aku tak perlu mempertanyakan atau bahkan menimbang seberapa berat rasa cinta yang menggantung dirongga hatimu.Begitupun aku,Namamu sudah tergurat begitu rapi dan sempurna di sana, tak ada yang bisa menghapus maupun menggantikan, kau tak usah cemas akan itu.

Aku si Nona pencemburu, selalu berhasil membuatmu kewalahan menghadapi tindak tandukku. Begitu pula denganmu, si Tuan kepala batu, membuatku harus selalu rela menurunkan ego untuk tak membantahmu.
Sungguh, kita harus bertahan dalam kisah ini karena memang Tuhanlah yang telah turun tangan untuk mempertemukan dan menyatukan kita.
Pasti ada alasan mengapa kita bersama hingga sekarang. 
Ada latar belakang yang kuat mengapa kita disatukan.
Aku tahu, ini bukan saat-saat paling menyenangkan yang pernah kita hadapi.Belakangan, kita berdua kerap terantuk kerikil yang tak berhenti datang menghujani. Tentu aku pun pernah bertanya satu-dua kali, masih harus dilanjutkankah cerita yang kita bangun selama ini?Namun aku tak percaya pada kebetulan. 
Kita pernah direstui oleh Tuhan, dan itu cukup meyakinkanku untuk bertahan.
Saat kita bertengkar hebat, kita lupa kenapa kita adalah sepasang kekasih. Ego yang begitu pekat pernah menutup mata dan menyumbat telinga.
tentu aku tak pernah lupa akan banyak kenangan yang pernah kita torehkan bersama. Masih ada kamera pemberianmu ketika kita dulu masih sibuk malu-malu. Pun ada juga jam tangan yang tak pernah alpa mengisi tempat di pergelangan kananku, kado darimu ketika aku memasuki usia dua empat.
Selain kenangan manis yang pernah kita resapi bersama, aku juga tak lupa akan memori ketika kita babak belur digilas masalah yang mengetuk masuk tanpa permisi.
Namun tentu saja, aku dan kamu berjuang demi tetap bersama hingga hari ini.
Coba tengok betapa bedanya aku dan kamu yang dulu dengan yang sekarang. Kita tentunya menjadi pribadi yang lebih matang dan dewasa berkat masalah yang selalu menyelinap masuk di dalam hubungan. 
Lain kali ketika masalah masih ada (dan bisa kupastikan dia pasti akan selalu ada) maukah kau tetap berjuang dan bertahan dalam hubungan.

Sebelum diikat dalam pernikahan suci dan mengucap janji sehidup semati, kita harus saling mengucap ikrar untuk disimpan sendiri. 

sekilas kau mungkin tak sehangat sosok ibu. Namun tak sedikitpun aku pernah meragukan besarnya kasih sayangmu..

Tulisanku ini datang sebagai penawar kegundahan hati yang Papa miliki. Ya, mulai sekarang Papa tak perlu khawatir lagi, karena pria pilihanku benar-benar lihai menjaga hati.Papa memang tak selantang atau seterbuka Mama dalam menunjukkan cinta. Ketika aku masih balita, Papa tak akan gusar dan cemas berlebihan ketika melihatku jatuh dari sepeda.Papa tak banyak bicara. Papa justru langsung mengambil sikap dan mengobati kakiku yang terluka. Di sanalah aku mengerti, ada sejumlah rasa cemas dan peduli yang juga Papa punyai.Aku paham Pah, porsi kasih sayang yang Papa dan Mama miliki sama besarnya. Papa banting tulang demi memenuhi segala kebutuhan. Pun aku tak pernah lupa ketika Papa sedia memeras keringat lebih lama dari biasanya demi mendapatkan uang tambahan, demi bisa membelikan satu dua benda yang sungguh aku inginkan.Kasih sayang Papa pun semakin aku resapi ketika aku menginjak usia hampir dewasa dan sedang menimba ilmu di kota tetangga. Papa sering meneleponku walau tanpa banyak kata. Menanyakan keadaanku dan kapan aku kembali menginjak rumah demi menggenapi jumlah keluarga. Sekali lagi aku benar-benar memahami, bahwa cinta Papa padaku sungguh tak terukur dalamnya.Aku paham kegelisahan yang Papa miliki makin menjadi ketika aku mulai menginjak usia remaja. Masa dimana aku telah mulai mengenal sedikit cinta dan ya, tentu saja pria. Papa tak segan selalu terjaga tiap malam demi menungguku, terlebih lagi di malam sabtu. Demi memastikan anak gadisnya masuk ke rumah dalam keadaan utuh.Aku juga mengerti bahwa diam-diam Papa menyeleksi para pria yang masuk ke kehidupanku. Tak selalu bersikap ramah dan terbuka pada setiap pria merupakan bagian dari ujian. Sorot tajam menilai pun sering Papa layangkan. Mencoba menelaah lebih dalam demi mengukur kadar kejujuran. Ya, semua itu Papa lakoni demi mendapatkan calon menantu pilihan. Yang memang sanggup membahagiakan dan kepadanyalah anak gadismu akan diserahkan.Sekarang Papa tak perlu lagi digilas rasa gelisah. Ya, pria yang akan segera mendampingiku ini sanggup menjaga hatiku, Yaaa..Dia memiliki karakter seperti Papa. 
Dia akan berusaha menjaga hatiku dengan raganya. Tak kan dibiarkannya aku lama-lama menimbun marah dan gelisah. Dia juga selalu sedia berjaga ketika aku sedang letih dan berada di titik terendah.Dia akan berusaha menjaga hatiku dengan raganya. Tak kan dibiarkannya aku lama-lama menimbun marah dan gelisah. Dia juga selalu sedia berjaga ketika aku sedang letih dan berada di titik terendah.Dia akan berusaha menjaga hatiku dengan raganya. Tak kan dibiarkannya aku lama-lama menimbun marah dan gelisah. Dia juga selalu sedia berjaga ketika aku sedang letih dan berada di titik terendah.Maukah Papa memberikan banyak restu untuk hubungan kami? Supaya hubungan ini terberkati dan jalan dengan sedikit hambatan akan terbuka bagi kami berdua.Papa,aku juga ingin minta maaf padamu.Jalinan Papa-anak yang kita miliki memang tak semulus jalan bebas hambatan. Bahkan, aku dan Papa sering bersitegang karena kita sama-sama berkepala batu. Aku sering membuat Papa banyak menyimpan marah.
Entah karena banyak salah yang kubuat hingga seringnya aku membangkang karena merasa paling benar.Entah karena banyak salah yang kubuat hingga seringnya aku membangkang karena merasa paling benar.Entah karena banyak salah yang kubuat hingga seringnya aku membangkang karena merasa paling benar.Aku pun paham bahwa aku belum sempat menorehkan kebanggaan.Tak banyak keinginan Papa yang bisa aku wujudkan. Belum juga ada yang bisa kupersembahkan demi menyumbang seulas senyuman. 
Maafkan aku Pah, namun perlu Maafkan aku Pah, namun perlu Maafkan aku Pah, namun perlu Papa tahu bahwa sekarang aku tengah berjuang, untuk membuat Papa dan Mama berbangga.Sekarang memang aku sudah memiliki kekasih. Papa pun bukan lagi satu-satunya pria di hidupku.Papa tak usah gusar jika tempat Papa di lipatan hatiku akan tergusur.Tak perlu cemas pula jika aku akan melupakan Tak perlu cemas pula jika aku akan melupakan Papa. Papa tetaplah pria nomor satu bagiku. Tanpamu aku tak akan pernah melihat dunia.

Jauh dekatnya jalinan kita, aku sayang Papa dan perasaanku selamanya akan tetap sama. Papa tetaplah juaranya.


Memaafkanmu Walau Kau Pernah Sengaja Menggurat Luka, Karena Cinta Menempa Kita Untuk Berlapang Dada


Tak ku ingat kapan tepatnya ketika kau meluluhlantakkan pondasi masa depan yang kita susun berdua. Yang kuingat hanya mendadak hatiku tak mampu merasa. Tak kutemukan pendar-pendar cinta dan sayang yang selalu ada tiap kali kita bersua. 
Tak ada pula rasa hangat yang diam-diam menyusup masuk ketika mata kita saling berjumpa.

Setelah beberapa detik berusaha mencerapi segalanya, barulah rasa kecewa, sedih, marah berduyun-duyun masuk tanpa permisi. Mereka menginjak-injak kenangan manis yang pernah ada, merobohkan menara kepercayaan yang selama ini menjadi kebanggaan, dan pada akhirnya memusnahkan harapan yang terjalin rapi bersama dengan impian.
Sedetik kemudian tangisku pecah di udara. Tentu pada saat itu kau sudah tak ada di sana, aku mengusirmu pergi. Aku tak sudi menangis di depanmu. Tak sudi menunjukkan wujudku yang sedang babak belur penuh luka di hadapanmu. Aku tak butuh dikasihani, aku bersikeras bahwa aku bisa sendiri.
Ah, ya, sekarang aku ingat, saat itu..Ketika kau mengakui bahwa diam-diam kau telah menjalin hubungan cinta dengan manusia lain di belakang punggungkuLidahku sempat kelu karena hatiku mati rasa selama beberapa waktu. Leburan rasa kecewa, benci, marah, sedih pernah begitu pekat menyesaki dada. Aku pun membencimu beberapa masa, sempat pula berusaha mengenyahkanmu dari dalam sana. Namun, semua usahaku nampaknya sia-sia. Kau masih teguh menunggu, berusaha keras mempertahankan hubungan berdua.Aku pun paham bahwa diam-diam kau ikut terluka dan berduka. Kau menyesali tingkah bodohmu yang membuat jalinan kita terkoyak. Kau mengutuki diri yang sempat dengan sengaja menggurat luka di dadaku. Namun kini, setelah sekian waktu jengah digilas rasa yang ada, hatiku mulai bisa terbuka celahnya.Aku sadar, manusia tak ada yang sempurna. Karena itulah, aku memilih untuk memaafkanmu.Gerbang hati kuberi pintu ganda berteralis dengan gembok berlapis. Demi berjaga-jaga supaya kau tak lagi menyelinap masuk. Aku tak mau ada lagi sakit yang terhela. Luka ini masih basah dan menganga. Hatiku masih belum bisa melunak. Walau hal itu dibarengi dengan kata-kata maafmu yang tak pernah alpa kau kirimkan tiap hari. Entah yang terbawa angin kemudian masuk ke ponselku dalam bentuk pesan singkat.Sungguh, aku berusaha memaafkanmu, namun aku masih belum mampu. Aku ingin kau tahu bahwa pengkhiatan harus mendapatkan ganjaran. Aku ingin kau tahu rasa sakitnya hati yang diiris dengan sembilu. Untuk itulah aku bersikeras untuk menghukummu, dengan memilih untuk berdiam diri di dalam cangkangku.Namun kemudian aku menyadari, kamu juga porak poranda di dalam sana. Hatimu juga terkoyak sama seperti punyaku. Bukan hanya aku yang terluka, kaupun tengah berduka.Butuh waktu lama memang untukku mampu meresapi dan membuka hati kembali. Aku kemudian baru memahami bahwa penyesalan yang kau bawa sudah cukup menyiksa. Kau pun sama sepertiku, tengah terpuruk dan tak berhenti meratap. Beban yang kau panggul tentu lebih berat dan penyesalan yang kau rasakan sudah cukup menyesakkan. Aku kini paham, kau tengah menghukum diri sendiri.Aku bukan dewa yang bisa bertitah, sama sepertimu aku juga manusia. Dan tentunya aku tak berhak menghukum demi membuatmu jera. Hal ini juga menyadarkanku bahwa tak ada manusia sempurna yang tak memiliki cela. Aku harus menerima dan memaafkan kesalahan yang pernah kau torehkan. Lagipula aku meyakini jika semua manusia berhak mendapatkan kesempatan kedua. Penyesalan yang kau rasa sudah merupakan penghukuman yang layak kau dapatkan.Oleh karena itulah aku melunakkan hati, demi memaafkanmu dan memberi kesempatan satu kali lagi.Rasa yang ada di dalam hati ini tak bisa berdusta. Ia masih menunjukkan getarannya tiap kali wajahmu melintas di rongga kepala. Penyesalan dan usaha tanpa henti yang kau tunjukkan berhasil membuka hatiku sedikit demi sedikit. Kembali menyuburkan pendar cinta yang tersemai rapi di dalam sana.Hubungan kita memang layak diperjuangkan, untuk itulah aku memilih untuk memaafkan. Aku tahu, kita sudah berada di level hubungan yang lebih dewasa. Aku belajar banyak dari kesalahan yang pernah ada. Pun masih ada sisa impian dan harapan yang menunggu untuk kita tuntaskan. Tak kan kubiarkan kealpaan yang ada membuat kita berhenti berjuang.


Kini, maukah kau berjanji untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan tak mengulangi kesalahan yang sama?

Wednesday, May 6, 2015

maukah kau menerimaku apa adanya?

aku rasa aku harus segera menuturkan padamu segala ganjalan yang sekarang sedang berjejalan di dada. Aku tahu, sepintas hubungan kita memang terlihat baik-baik saja. Namun, sebenarnya aku merasakan perbedaan dibanding ketika pertama kali kita mulai menjalaninya.Bukan, bukan karena perasaanku telah memudar ataupun kadar cintaku yang telah berkurang. Namun, memang sebenarnya ada yang harus sedikit ku tegaskan, mengenai perbedaan yang kita punya. Maukah kau menghargainya? Aku tak pernah bisa lupa kala masih berada di masa awal penjajakan denganmu, dimana kita pertama kali saling suka. Ketika belum ada status yang melekat, pun masih sama malunya untuk mengungkapkan rasa yang bergemuruh di dalam dada. Kau dan aku saling melempar pujian dan mengagumi. Tak sekedar itu saja, kau begitu jujur melontarkan segala hal tentang dirimu, memberiku jalan untuk lebih mengenalmu. Begitu pula aku, tak menghalangi langkah maupun berusaha menjegalmu yang sedang berusaha memasuki ruangan hatiku.Bertukar cerita hingga lupa waktu sering kita lakoni demi saling menyelami watak pribadi. Setelah berjalan sekian lama, kita pun saling memantapkan tekad. Kau memintaku menjaga separuh hatimu. Aku pun mengiyakan dan menobatkanmu sebagai pemilik hatiku yang baru. Kau dan aku mulai saling mengikat erat komitmen dan bersedia menjalani hubungan bersama. Saling menerima watak dan berjanji akan bersama menertawakan apapun yang ditawarkan oleh dunia pernah kita tuturkan berdua.Ah ya, memang perjumpaan dan perkenalan kita sudah berlalu sekian lama. Kini entah sudah berapa ratus hari kita lewati sebagai sepasang kekasih. Kita memang baik-baik saja sayang, sungguh. Kadar cintaku sejak pertama kali jatuh hati padamu masih sama besarnya. Pertengkaran yang singgah juga tak pernah berhasil membunuh rasa di dada. Namun, kemudian kau mulai bersikap berbeda. Aku tak ingat kapan awal mulanya, yang aku tahu kau mulai meributkan hal remeh yang sering kulakukan.Kau meginginkanku tampil seperti yang kau mau. Mengenakan busana yang tak sesuai keinginanku. Tak hanya itu, kau pun ingin aku menyukai hal-hal yang kau gemari. Mengajakku ke kegiatan yang kau geluti. Pun memutarkan musik kegemaranmu tanpa henti, supaya aku juga turut jatuh hati pada selera musikmu.Sayang, tahukah kau, tanpa disadari kau telah membentukku menjadi pribadi yang kau damba? Sesungguhnya kita masing-masing memiliki karakter yang sama istimewanya sebagai manusia. Kau dan aku diciptakan dengan ciri tersendiri dan disitulah keistimewaan yang kita punyai.Dari awal mula kita bersama, aku telah membuka hatiku selebar-lebarnya. Segala tindak tandukmu ku resapi dalam-dalam. Bahkan, aku tak mempermasalahkan kelemahanmu yang juga turut hadir sepaket dengan kelebihanmu. Aku tak menuntutmu untuk mematut diri di depan kaca lebih lama supaya penampilanmu menjadi sempurna.Perbedaan yang kita miliki seharusnya tidak menjadi jurang pemisah namun bisa berubah menjadi pelekat. Kau dan aku yang memiliki watak dan kegemaran berbeda justru bisa saling melengkapi karenanya. Kau dapat menerimaku dengan segala kebiasaan yang aku bawa, begitu pula aku yang senantiasa membuka diri dengan watak yang kau punya.Sayang, di sini aku mengingatkanmu bahwa kita bersisian sebagai sepasang kekasih untuk saling ada dan mendukung sama lainnya. Bukannya bertingkah sebagai juri yang siap melahap, mengkritisi, dan menghakimi. Sungguh, perbedaan yang ada ini seharusnya membuat kita kian lekat bukan malah membuatmu ingin pergi berjingkat.Sekali lagi aku ingin kau tahu bahwa aku mencintaimu dengan segenap raga. Tak pernah sekalipun ada niatan ingin membentukmu menjadi sosok yang kudamba. Kau yang hadir di kehidupanku dengan kesederhanaan manusia merupakan sosok yang kupuja. Aku mencintaimu karaktermu tanpa syarat di belakangnya. Tak ada yang ingin kuubah sedikitpun dari dirimu.