My World

My World

Wednesday, April 29, 2015

maukah kita bahu membahu bekerja lebih giat demi menyusun pondasi bagi masa depan?


Kau melontarkan keinginanmu sore itu. Sebuah impian sederhana tertutur cepat dari bibirmu. Tanpa rencana, kau menginginkan kita menghabiskan sisa hidup bersama, berdua.
Aku tercengang karena walaupun pernah ada orang lain yang sebelumnya mengajakku menanyakan hal serupa tapi tak sedeg-degan ketika kau yg menanyakan.

Aku mengiyakan ajakanmu dengan terbata, karena diburu dengan napasku yang tiba-tiba menjadi tak berirama. 
Ah, kata-katamu berhasil membuatku kepayahan. Sungguh, aku pun tak dapat menolaknya karena memang inilah yang aku mau sedari awal perjumpaan. Masa depan kita berdua terproyeksikan dengan jelas di lingkar kepalaku. Aku akan menjadi ibu yang akan membesarkan buah kasih kita dengan kehangatan. Dan kamu adalah sosok ayah yang menjadi panutan serta penuh kebijaksanaan.
Sayang, maukah kita bahu membahu bekerja lebih giat demi menyusun pondasi bagi masa depan?Hubungan yang kita jalin tak lagi bisa dibilang seumur jagung. Ia juga telah naik kasta: bukan lagi cerita asmara anak ingusan yang baru mengenal kata cinta dan bertukar cokelat serta boneka. Kita mulai menunjukkan janji pada dunia bahwa kita merupakan satu jiwa.Aku dan kamu sudah saling menyelami dan memahami isi kepala satu sama lainnya. Aku mengadopsi kebiasaan remehmu, kamu pun tak biasa tanpa kehadiranku. Kita makin erat menjalinkan tangan dan beriringan menatap masa depan, berdua. 
Ya, aku dan kamu sudah sepakat untuk menjalin cerita dengan takaran yang lebih serius dan porsi yang lebih dalam.Kita punya masa lalu yang menyenangkan. Masa sekarang pun kita hadapi dengan dewasa dan tenang. Lantas, maukah kamu berjuang bersamaku agar masa depan kita nyaman dan membahagiakan?Kita memang telah memutuskan untuk menjalin cerita bersama. Tentu tanggung jawab yang akan kita pikul menjadi milik berdua sepenuhnya. Tak ada nama orangtua yang akan kita bawa serta untuk membiayai gedung pernikahan hingga dana pesta yang pasti membengkak anggarannya. Ya, pilihan yang kita ambil adalah tanggung jawab bersama.Mulai dari konsep mentah hingga hari eksekusi merupakan perpaduan dari keinginanmu dan impianku. Berikut dengan rincian dana yang akan membuntutinya. Kita haruslah memiliki modal sendiri untuk hari bahagia sehingga kita bisa menikmati pesta dengan muka-muka yang memang kita akrabi. Tak ada lagi jabat tangan dari tamu undangan yang merupakan kawan dari orangtua yang tak kita kenali. Ya sayang, kita harus memiliki timbunan pundi rupiah sendiri sebelum memutuskan mengucap janji suci dan menjadi raja dan ratu sehari. Bersediakah kau dan aku sama-sama meliatkan otot lengan di dunia pekerjaan demi tabungan pernikahan?
Di masa depan, kita harus memiliki tempat nyaman untuk tinggal. Rumah sepetak yang tak terlalu luas tentu cukup untuk tempat berteduh bagi keluarga kecil kita. Aku, kamu, serta anak yang akan memenuhi keriuhan ruang keluarga. Ditambah lagi halaman belakang yang tentu akan sempurna sebagai tempat piknik keluarga 
sekaligus melonggarkan kekencangan otot kepala.
Memang cicilan rumah akan semakin memberatkan di zaman di mana harga kebutuhan pokok saja sudah makin menggila. Namun hal itu tak perlu kau risaukan terlalu dalam. Aku bersedia berbagi beban. Tak hanya dirimu yang akan berpeluh demi mengumpulkan pundi rupiah. Aku juga akan turut membanting tulang agar tabungan kita bertambah jumlah. Supaya di masa depan kita memiliki tempat layak untuk berbagi kehangatan. Aku, kamu, dan buah hati kita di masa depan.Esok, kita tak hanya memikirkan kebutuhan dua kepala. Ada tanggung jawab anak-anak yang turut kita bawa serta. Kita harus mengempiskan biaya pengeluaran. Anggaran untuk makan di luar, nongkrong di cafe, dan nonton film di bioskop tentulah harus kita pangkas demi tercukupinya kebutuhan keluarga.Ada tagihan bulanan hingga biaya pendidikan yang harus tercukupkan. Belum lagi dana untuk menambal keperluan rumah yang harus dikucurkan. Bahkan, ada popok hingga susu formula yang tak boleh terabaikan. Ya, saat kita mulai berkeluarga, kebutuhan bersamalah yang akan menduduki peringkat teratas di daftar prioritas. Kita harus pandai memutar otak supaya kebutuhan keluarga yang terlebih dahulu dicukupkan.Sayang, sedari sekarang kita harus benar-benar bekerja keras. Membentuk diri untuk tak lagi terus menerus bersantai dan ongkang kaki. Ke depannya peran yang akan kita ambil cukup menguras tenaga. Aku dan kamu akan berdampingan menjadi orangtua bagi si buah hati. Tanggung jawab besar akan terpasak di bahu hingga hari tua.Kita haruslah memiliki mental baja dari sekarang, jika di masa depan tak ingin mudah tumbang. Bekerja siang malam pun harus kita lakoni supaya kebutuhan perut dan rumah terpenuhkan. Pun meredam keinginan membeli ini itu dan pilih mengalokasikannya untuk menggembungkan simpanan. Bersediakah kau dan aku sama-sama berjuang untuk itu? Bersediakah kau dan aku bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita kita bersama?Sungguh, aku tak sabar menunggu saat dimana kau dan aku sama-sama kepayahan dan bertemu kembali setelah seharian kita berkutat dengan pekerjaan. Di sisa hari kita akan bertukar kata tentang kegiatan kita seharian. Saling memijat punggung dan bahu serta melempar beberapa kecupan. Sebagai bahan bakar sekaligus pemulihan sebelum akhirnya kita saling berpelukan di peraduan. Ah, masa depan begitu tergambar jelas di benakku sedari sekarang.


Bersediakah kamu bersama denganku menyingsingkan lengan dan berpeluh demi mewujudkan masa esok yang menjanjikan ?

Thursday, April 23, 2015

walau di Antara Kita Tak Ada Perpisahan, Kebahagiaanmu Akan Tetap Kudoakan !!

Mantan kekasihku, bagaimana kabarmu?Ah, aku bahkan tak tahu apakah kau layak kusebut mantan.Tanpa pernah ada perpisahan, begitu saja kita berpisah di persimpangan.Sejak saat itu, otakku tak ada lelahnya membayangkan keberadaanmu. Malamku jadi tak indah lagi karena selalu menerka-nerka ke mana arah kakimu melangkah. Jangankan bermimpi, mata ini bahkan senantiasa terjaga.
Semuanya demi sebuah pertanyaan:
Semuanya demi sebuah pertanyaan:“Ada di mana dirimu kini? Mengapa kau tak menampakkan perhatianmu lagi?”Tapi kini semua sudah lebih jelas dari yang kucemaskan selama ini. Kau sudah pergi. Tapi aku tak akan mudah dilemahkan hanya karena kini sendiri.Jika memang kita terlibat dalam sebuah pertemanan, uniknya bertegur sapa pun tak sudi. Bertemu pun jadi kesempatan yang langka melebihi jarangnya populasi hewan dilindungi di muka bumi. Jejak-jejak kisah kasih antara kau dan aku juga belum sepenuhnya terhapus. Foto-foto penuh senyum ceriaku di masa bahagia, masih dapat terlihat jelas oleh siapa saja di album sosial media kepunyaanmu.Di sisi lain, bukankah kita tak pernah sepakat memutuskan sebuah perpisahan? Aku merenungkan, kapankah engkau membawa serta diriku dalam sebuah perbincangan serius tentang masa depan hubungan kita? Ketika aku mempertanyakan ini semua, kau bahkan diam seribu bahasa. Tak setitik pun cahaya kulihat untuk menerangi kekusutan atas pertanyaan yang mengendap ini.Di tengah hati yang gundah, bayangan indah kembali menyeruak. Tentu saja itu adalah kau dan aku. Sekali lagi akan aku tegaskan, indah itu adalah saat aku dan kamu bersama untuk berbagi satu sama lain. Meski masih menunggu tanpa kepastian, senantiasa kupikirkan hal-hal positif darimu. Mungkin saja kau tengah menyepi dan tak ingin diganggu. Seperti yang kau ceritakan tentang impianmu, ada baiknya aku membiarkanmu menyendiri dan berpikir.Tapi percuma saja. Nasibku bagai pungguk yang merindukan bulan. Waktu indah yang kutunggu tak pernah kembali. Jawaban atas kepastian dan harapanku nihil. SMS, telepon, dan segala macam sosial media tak mampu lagi mengembalikan dirimu. Barangkali hujan di pagi ini adalah peringatan besar bahwa aku tak usah lagi mengejarmu. Kau tak akan pernah kembali padaku, begitulah kawan-kawanku memberi kata-kata. Tak terpungkiri lagi jika tubuhku tergolek layu dan wajah murung. Memang benar kau tak butuh aku lagi.Aku memang bodoh karena telah gagal lagi dalam kehidupan kisah kasih. Tapi ini tak lantas membuatku benci, apalagi dendam kepadamu. Semua yang bisa aku ucapkan adalah:“Terimakasih atas kasih sayangmu selama ini. Mungkin sekarang aku sedih. Tapi kamu pernah membuatku bahagia dan menghindarkanku dari lebih banyak lagi orang yang akan membuatku kecewa.”Pertanyaanku tentangmu tak akan mengalir lagi sederas arus sungai. Mulai detik ini, kupastikan itu. Barangkali ini adalah teka-teki, maka terjawab dan terhentilah setiap levelnya. Perasaanku memang sedih dan sakit mengetahuinya dari orang lain.
Dengan penuh kehati-hatian, mereka memberi tahuku:
Dengan penuh kehati-hatian, mereka memberi tahuku:“Lupakan saja dia. Kamu terlalu baik dan layak bersama orang yang lebih baik. Sebab dia telah meninggalkanmu demi hati yang lain.”Tak lagi kupungkiri bila rasa kecewaku tumbuh lebih besar, melebihi rasa-rasa sebelumnya. Tak perlu kujelaskan lagi bagaimana rasanya. Sebab kalau ditanya, hati siapa yang tak teriris melihat kekasih hatinya pergi menghilang tanpa sebab, lalu hidup bahagia bersama orang lain? Bisakah kau bayangkan itu pula, jika kau mengetahuinya tanpa konfirmasi langsung dari kekasihmu?Sudahlah! Aku tak mau lagi memikirkan rasa sakit dan teririsnya hati. Bisa saja aku memikirkanmu sepanjang waktu. Tapi toh apa gunanya? Kau tak sudi lagi memikirkanku. Bahkan tak ada jurus manjur untuk mengembalikanmu ke dalam pelukan ini.Kau dapat menyebutku mawas diri atau apapun. Sebab tak mungkin ada asap, bila tak terpercik minyak tanah ke api. Aku paham betul bahwa diriku hanyalah makhluk yang penuh kelemahan. Kelemahan itulah yang pastinya membuatmu tak yakin akan meneruskan hidup selamanya denganku. Di sisi itulah, kekasihmu yang kini mengisi celahnya. Rasa bangga malah menyelimuti perasaanku karena kau telah memilih yang terbaik, bukan yang salah dan lebih buruk.Jangan pernah berpikir aku dendam! Jangan!
Kau harus tahu pasti kalau di setiap doaku, selalu ada namamu dan namanya terselip. Jika aku mencintaimu, tak pelak aku mengharapkanmu untuk segera berpisah dengannya. Tapi dengan segala kelegawaan, aku mendoakan hubungan kalian dari lubuk hatiku yang paling dalam.
Kau harus tahu pasti kalau di setiap doaku, selalu ada namamu dan namanya terselip. Jika aku mencintaimu, tak pelak aku mengharapkanmu untuk segera berpisah dengannya. Tapi dengan segala kelegawaan, aku mendoakan hubungan kalian dari lubuk hatiku yang paling dalam.“Semoga kalian selalu abadi hingga Tuhan yang memisahkan".
Aku tahu jika wanita itulah yang terbaik untukmu. Dengan segala kesempurnaannya, dia mengisi celah-celah kekuranganku. Aku yakin kamu akan mendapatkan hidup selengkap-lengkapnya karena kamu mendapatkan segala yang tak kupunya dari dia.”
Aku tahu jika wanita itulah yang terbaik untukmu. Dengan segala kesempurnaannya, dia mengisi celah-celah kekuranganku. Aku yakin kamu akan mendapatkan hidup selengkap-lengkapnya karena kamu mendapatkan segala yang tak kupunya dari dia.”Dengan lantang, bisa kukatakan aku tak akan bersedih lagi karena kehilanganmu. Tak akan ada tangis karena tuduhan-tuduhan kalau orang lain telah merebut cintamu dariku. Percayalah, kau bisa jamin itu 100%! Di sini, aku menjadi sosok manusia yang tegar bukan main. Kau bisa buktikan itu, bahkan menantangku pun aku akan menerimanya.Kau tahu bukan, dari dulu aku adalah wanita yang kuat luar biasa lahir dan bathin? Penggantimu kini adalah kesuksesan!
Ya, kesuksesan!!
Aku tak bermaksud menyombongkan diri, melainkan memotivasi diri. Bahwa banyak impian yang perlu kukejar daripada sekedar bersedih di sudut rumah karena hati yang lara.
Ya, kesuksesan!!Aku tak bermaksud menyombongkan diri, melainkan memotivasi diri. Bahwa banyak impian yang perlu kukejar daripada sekedar bersedih di sudut rumah karena hati yang lara.Ingat itu, ya!! Kalau kau sudah siap bertemu aku, senyumku pasti terkembang seolah-olah aku tak merasakan apapun :)

Monday, April 13, 2015

Maukah kau mempercayainya?

Kata orang, hati-hati bicara soal cinta. Dia yang sempat mengambil hatimu belum tentu akan tinggal selamanya. Ketika saatnya tiba, katanya, cinta akan memudar dan yang tinggal hanya perasaan nyaman, perasaan sayang untuk meninggalkan. Yang lebih tragis adalah saat rasa itu benar-benar menghilang, dan dua insan yang mulanya saling mencinta kini bersama hanya karena terpaksa.Jadi katakanlah aku beruntung dalam hal cinta (mungkin karena aku tak mujur di segi-segi hidup yang lainnya). Pasalnya sederhana. Hingga saat ini, cinta yang aku punya masih berkadar sama meski hubungan kita sudah terjalin lama.Aku memang tak terlalu pintar menyampaikan isi hati. Mungkin kata-kata yang kau temukan di sini tak begitu memiliki arti. Ini hanyalah kumpulan alasan mengapa aku masih saja mencintaimu sedalam itu, hingga saat ini, detik ini.Jatuh cinta bukan berarti jaminan hari-hari yang kita lalui selalu bahagia bak dongeng buku cerita. Begitu pula ego yang ada di kepala ini seringkali menunjukkan keji. Mengingatkan bahwa kita ini masih manusia biasa yang menapaki bumi.
Lempar kata yang dibalut dengan nada marah sering kita kecap. Untuk sementara bertekuk lutut pada keegoisan dan mempersilahkannya menggerus pondasi yang sudah kita susun rapi. Tak apa sayang, toh bukankah jatuh cinta tidak selalu bahagia? Bukankah ketika mereguk cinta, kita juga harus rela mencicip sakit serta kecewa yang membuat hati ini sering mati rasa?Kau tak perlu resah, perselisihan kita tak pernah berhasil membuat rasa cintaku punah.Tak hanya marah, rasa jengah juga kadang singgah. Sekali lagi kita hanyalah sebiasa-biasanya manusia. Kau dan aku tentu kerap ditebas rasa jenuh berkali-kali. Namun, kita, terlebih aku, bagai manusia bebal yang sudah hilang akal. Rasa jemu tak pernah membuatku memalingkan muka darimu.Ketika jenuh menginjakkan kakinya untuk mampir sejenak, aku memang membutuhkan waktu untuk menyibukkan diri. Demi menjaga hati ini supaya tetap mengaminimu sebagai pemiliknya. Dan tiap kali rasa jengah berlalu pergi, hatiku selalu saja kembali menggilaimu seperti semula.Sungguh sayang, rasa jenuh tak mampu mengelabuiku untuk mengurangi porsi rasa cinta yang kumiliki. Aku selalu mencintaimu dengan porsi yang sama, dengan hati penuh.Sampai detik ini sudah berapa kali kau menunjukkan sosokmu yang sebenar-benarnya? Aku tak pernah dengan berhati berat meladeni segala tindak tandukmu. Aku menerima baikmu berikut dengan sifat buruk yang melekatimu.Tak apa kau sering terlambat menjemputku, bukankah aku juga sering merepotkanmu dengan ini itu? Aku pun tak pernah mempermasalahkan pribadimu yang dingin dan jarang melempar kata sayang. Aku sungguh paham bahwa kau mencintaiku dengan caramu sendiri. Tanpa banyak kata kau sigap memanggul ranselku saat aku mulai kepayahan. Ya, tanpa banyak kata, kau menunjukkan cinta.Apakah kau sudah hampir mati bosan membaca tulisanku yang tak karuan ini? Tenang saja, kau sudah memasuki penghujungnya.Sayang, entah kau akan mempercayaiku atau bahkan mungkin menerka bahwa aku ini pembual ulung, namun yang pasti aku ingin kau tahu bahwa hingga hari ini aku masih memandangmu dengan tatapan yang sama. Ya, tatapan meremang kala aku menyadari bahwa kau sudah mengambil alih hatiku.Percayalah, dari detik hati kita terpaut hingga hari ini ada, aku masih saja mencintaimu dengan begitu rupa. Sedih, jenuh, marah tak pernah berhasil menggilas rasa yang kupunya.
Aku selalu jatuh cinta padamu tiap harinya.
Maukah kau mempercayainya?