Kau melontarkan
keinginanmu sore itu. Sebuah impian sederhana tertutur cepat dari bibirmu.
Tanpa rencana, kau menginginkan kita menghabiskan sisa hidup bersama, berdua.
Aku tercengang karena walaupun pernah ada orang lain yang sebelumnya mengajakku menanyakan hal serupa tapi tak sedeg-degan ketika kau yg menanyakan.
Aku mengiyakan ajakanmu dengan terbata, karena diburu dengan napasku yang tiba-tiba menjadi tak berirama.
Ah, kata-katamu berhasil membuatku kepayahan. Sungguh, aku pun tak dapat menolaknya karena memang inilah yang aku mau sedari awal perjumpaan. Masa depan kita berdua terproyeksikan dengan jelas di lingkar kepalaku. Aku akan menjadi ibu yang akan membesarkan buah kasih kita dengan kehangatan. Dan kamu adalah sosok ayah yang menjadi panutan serta penuh kebijaksanaan.Sayang, maukah kita bahu membahu bekerja lebih giat demi menyusun pondasi bagi masa depan?Hubungan yang kita jalin tak lagi bisa dibilang seumur jagung. Ia juga telah naik kasta: bukan lagi cerita asmara anak ingusan yang baru mengenal kata cinta dan bertukar cokelat serta boneka. Kita mulai menunjukkan janji pada dunia bahwa kita merupakan satu jiwa.Aku dan kamu sudah saling menyelami dan memahami isi kepala satu sama lainnya. Aku mengadopsi kebiasaan remehmu, kamu pun tak biasa tanpa kehadiranku. Kita makin erat menjalinkan tangan dan beriringan menatap masa depan, berdua.
Ya, aku dan kamu sudah sepakat untuk menjalin cerita dengan takaran yang lebih serius dan porsi yang lebih dalam.Kita punya masa lalu yang menyenangkan. Masa sekarang pun kita hadapi dengan dewasa dan tenang. Lantas, maukah kamu berjuang bersamaku agar masa depan kita nyaman dan membahagiakan?Kita memang telah memutuskan untuk menjalin cerita bersama. Tentu tanggung jawab yang akan kita pikul menjadi milik berdua sepenuhnya. Tak ada nama orangtua yang akan kita bawa serta untuk membiayai gedung pernikahan hingga dana pesta yang pasti membengkak anggarannya. Ya, pilihan yang kita ambil adalah tanggung jawab bersama.Mulai dari konsep mentah hingga hari eksekusi merupakan perpaduan dari keinginanmu dan impianku. Berikut dengan rincian dana yang akan membuntutinya. Kita haruslah memiliki modal sendiri untuk hari bahagia sehingga kita bisa menikmati pesta dengan muka-muka yang memang kita akrabi. Tak ada lagi jabat tangan dari tamu undangan yang merupakan kawan dari orangtua yang tak kita kenali. Ya sayang, kita harus memiliki timbunan pundi rupiah sendiri sebelum memutuskan mengucap janji suci dan menjadi raja dan ratu sehari. Bersediakah kau dan aku sama-sama meliatkan otot lengan di dunia pekerjaan demi tabungan pernikahan?Di masa depan, kita harus memiliki tempat nyaman untuk tinggal. Rumah sepetak yang tak terlalu luas tentu cukup untuk tempat berteduh bagi keluarga kecil kita. Aku, kamu, serta anak yang akan memenuhi keriuhan ruang keluarga. Ditambah lagi halaman belakang yang tentu akan sempurna sebagai tempat piknik keluarga sekaligus melonggarkan kekencangan otot kepala.
Aku tercengang karena walaupun pernah ada orang lain yang sebelumnya mengajakku menanyakan hal serupa tapi tak sedeg-degan ketika kau yg menanyakan.
Aku mengiyakan ajakanmu dengan terbata, karena diburu dengan napasku yang tiba-tiba menjadi tak berirama.
Ah, kata-katamu berhasil membuatku kepayahan. Sungguh, aku pun tak dapat menolaknya karena memang inilah yang aku mau sedari awal perjumpaan. Masa depan kita berdua terproyeksikan dengan jelas di lingkar kepalaku. Aku akan menjadi ibu yang akan membesarkan buah kasih kita dengan kehangatan. Dan kamu adalah sosok ayah yang menjadi panutan serta penuh kebijaksanaan.Sayang, maukah kita bahu membahu bekerja lebih giat demi menyusun pondasi bagi masa depan?Hubungan yang kita jalin tak lagi bisa dibilang seumur jagung. Ia juga telah naik kasta: bukan lagi cerita asmara anak ingusan yang baru mengenal kata cinta dan bertukar cokelat serta boneka. Kita mulai menunjukkan janji pada dunia bahwa kita merupakan satu jiwa.Aku dan kamu sudah saling menyelami dan memahami isi kepala satu sama lainnya. Aku mengadopsi kebiasaan remehmu, kamu pun tak biasa tanpa kehadiranku. Kita makin erat menjalinkan tangan dan beriringan menatap masa depan, berdua.
Ya, aku dan kamu sudah sepakat untuk menjalin cerita dengan takaran yang lebih serius dan porsi yang lebih dalam.Kita punya masa lalu yang menyenangkan. Masa sekarang pun kita hadapi dengan dewasa dan tenang. Lantas, maukah kamu berjuang bersamaku agar masa depan kita nyaman dan membahagiakan?Kita memang telah memutuskan untuk menjalin cerita bersama. Tentu tanggung jawab yang akan kita pikul menjadi milik berdua sepenuhnya. Tak ada nama orangtua yang akan kita bawa serta untuk membiayai gedung pernikahan hingga dana pesta yang pasti membengkak anggarannya. Ya, pilihan yang kita ambil adalah tanggung jawab bersama.Mulai dari konsep mentah hingga hari eksekusi merupakan perpaduan dari keinginanmu dan impianku. Berikut dengan rincian dana yang akan membuntutinya. Kita haruslah memiliki modal sendiri untuk hari bahagia sehingga kita bisa menikmati pesta dengan muka-muka yang memang kita akrabi. Tak ada lagi jabat tangan dari tamu undangan yang merupakan kawan dari orangtua yang tak kita kenali. Ya sayang, kita harus memiliki timbunan pundi rupiah sendiri sebelum memutuskan mengucap janji suci dan menjadi raja dan ratu sehari. Bersediakah kau dan aku sama-sama meliatkan otot lengan di dunia pekerjaan demi tabungan pernikahan?Di masa depan, kita harus memiliki tempat nyaman untuk tinggal. Rumah sepetak yang tak terlalu luas tentu cukup untuk tempat berteduh bagi keluarga kecil kita. Aku, kamu, serta anak yang akan memenuhi keriuhan ruang keluarga. Ditambah lagi halaman belakang yang tentu akan sempurna sebagai tempat piknik keluarga sekaligus melonggarkan kekencangan otot kepala.
Memang cicilan rumah akan semakin memberatkan di
zaman di mana harga kebutuhan pokok saja sudah makin menggila. Namun hal
itu tak perlu kau risaukan terlalu dalam. Aku bersedia berbagi beban. Tak hanya
dirimu yang akan berpeluh demi mengumpulkan pundi rupiah. Aku juga akan turut
membanting tulang agar tabungan kita bertambah jumlah. Supaya di masa depan
kita memiliki tempat layak untuk berbagi kehangatan. Aku, kamu, dan buah hati
kita di masa depan.Esok, kita tak hanya memikirkan kebutuhan dua kepala. Ada tanggung
jawab anak-anak yang turut kita bawa serta. Kita harus mengempiskan biaya
pengeluaran. Anggaran untuk makan di luar, nongkrong di cafe, dan nonton
film di bioskop tentulah harus kita pangkas demi tercukupinya kebutuhan
keluarga.Ada tagihan bulanan hingga biaya pendidikan yang harus tercukupkan.
Belum lagi dana untuk menambal keperluan rumah yang harus dikucurkan. Bahkan,
ada popok hingga susu formula yang tak boleh terabaikan. Ya, saat
kita mulai berkeluarga, kebutuhan bersamalah yang akan menduduki peringkat
teratas di daftar prioritas. Kita harus pandai memutar otak supaya kebutuhan
keluarga yang terlebih dahulu dicukupkan.Sayang, sedari sekarang kita
harus benar-benar bekerja keras. Membentuk diri untuk tak lagi terus menerus
bersantai dan ongkang kaki. Ke depannya peran yang akan kita ambil cukup
menguras tenaga. Aku dan kamu akan berdampingan menjadi orangtua bagi si buah
hati. Tanggung jawab besar akan terpasak di bahu hingga hari tua.Kita haruslah
memiliki mental baja dari sekarang, jika di masa depan tak ingin mudah tumbang.
Bekerja siang malam pun harus kita lakoni supaya kebutuhan perut dan rumah
terpenuhkan. Pun meredam keinginan membeli ini itu dan pilih mengalokasikannya
untuk menggembungkan simpanan. Bersediakah kau dan aku sama-sama berjuang
untuk itu? Bersediakah kau dan aku bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita
kita bersama?Sungguh, aku tak sabar menunggu saat dimana kau dan aku sama-sama
kepayahan dan bertemu kembali setelah seharian kita berkutat dengan pekerjaan.
Di sisa hari kita akan bertukar kata tentang kegiatan kita seharian.
Saling memijat punggung dan bahu serta melempar beberapa kecupan. Sebagai
bahan bakar sekaligus pemulihan sebelum akhirnya kita saling berpelukan di
peraduan. Ah, masa depan begitu tergambar jelas di benakku sedari sekarang.
Bersediakah
kamu bersama denganku menyingsingkan lengan dan berpeluh demi mewujudkan
masa esok yang menjanjikan ?