My World

My World

Friday, October 23, 2015

Kali ini kita belajar satu hal besar. Hubungan yang dimulai dengan baik-baik ternyata tidak selalu berakhir dengan sama manisnya





Selalu ada satu chapter dalam perjalanan hati yang membuat kita merenung lama dan bertanya.
Biasanya perjalanan ini melibatkan kejatuhan yang amat sangat, porsi percaya akan masa depan yang besar, kemudian diakhiri dengan sakit hati yang meremukkan dan membuat kita lupa akan arti kata tegar.
Cinta yang sejatuh-jatuhnya, cinta yang membuta kita amnesia terhadap perasaan bahagia: cinta yang membentuk kita jadi manusia dewasa.
Sampai detik ini aku jelas tidak mengharapkannya kembali.
Jalan hidup kita memang sudah tidak bersisian lagi. Namun cinta macam ini tetap saja meninggalkan ganjalan dalam hati. Kita sama-sama pergi, tanpa pernah ada ikrar untuk mengakhiri. Tidak mudah memahami kenapa ada beberapa cinta yang tak pernah bisa selesai. Tapi hidup terus berjalan, dan satu-satunya pilihan yang tersisa adalah berdamai.
 Ada rasa ingin protes kenapa perasaan ini mesti dipertemukan dengan kata ‘hampir’.
 Meski sudah sakit berkali-kali ketiadaan stempel tamat membuatmu sulit menyingkir.
Setiap kali orang bertanya tentang hubungan kita (dalam konteks lampau, tentunya) selalu tertangkap perubahan mimik di wajahku yang berusaha tampak biasa. Senyum di wajahku tetap ada, namun sinar di mataku hilang sementara. Pembicaraan tentang dia selalu membawa pikiranku ke kilas balik panjang yang membuka kembali lubang di dada.
Dia adalah kehampiran yang membuatku terus bertanya.
Kita pernah hampir bahagia. Hampir membangun masa depan bersama. Hampir menjadi tempat pulang yang nyaman di akhir hari panjang. Kita hampir menyelesaikan satu chapter yang menasbihkan diri sebagai orang dewasa. Sayang, perjalanan ini tidak pernah mencapai titik tamatnya.
Gabungan kecewa, sakit, buramnya masa depan, sampai usaha menjaga perasaan orang
orang sekitar membuatku memilih pergi dalam diam.
Dia pun lebih memilih mendekapmu erat dalam bungkam. Kita berpisah. Dalam sepi. Namun tetap lebam.
Seandainya dulu kita  duduk dan bicara empat mata sebelum mengakhiri ke-kita-an yang dipunya.
Seandainya aku sempat mengeluarkan semua ganjalan dan kekecewaan yang tersimpan dalam dada.
Seandainya dia sempat punya kesempatan menjelaskan semua tindakan yang membuatku sakit berkepanjangan, mungkinkah langkahku saat ini terasa lebih ringan?
Rasionalnya, keikhlasan jelas lebih mudah datang setelah semua masalah menemui jalan terang. Kerelaan melepas ikatan tak perlu susah didatangkan jika semua intrik diselesaikan, dirunut sumbernya dalam satu rentang.
 Tapi tidak dalam kisahku ini. Pertanyaan “Kenapa?”; “Kok Bisa?” tidak lagi bijak ditanyakan. Bahkan sesederhana kata, “Sudah ya diikhlaskan.” tidak lagi punya taji untuk muncul di hadapan.
Kali ini kita belajar satu  hal besar. Hubungan yang dimulai dengan baik-baik ternyata tidak selalu berakhir dengan sama manisnya. Barangkali inilah seninya jadi orang dewasa.
Beberapa cinta memang tidak hadir untuk menemui kata selesai. Barangkali ini cara Tuhan Menguji dan mengajari kita kata ‘Damai’ Seperti cokelat yang bisa dibagi ke 2 bagian dengan mudah, ikatan yang tak pernah selesai memang segampang itu mencipta payah.
Ikatan yang menggantung jelas tak nyaman. Belum lagi kalau tak semudah itu mengusir kuatnya perasaan. Aku mesti berdamai dengan berbagai pertanyaan, membiarkan diri sendiri tenggelam sementara dalam kegalauan. Sebelum bisa kembali bangkit dan berjalan.
Tapi bukankah hidup dan perasaan bukan rel kereta yang selalu ada ujungnya? Termasuk juga dalam urusan cinta. Beberapa cinta yang tak selesai barangkali jadi cara Tuhan untuk mengajari kita.
Ada beberapa perasaan yang memang tak pernah tamat. Berdamai dengannya jadi satu-satunya cara agar kamu tetap jadi pejuang yang terhormat.

Saturday, September 5, 2015

Kau Partner terbaik ku untuk menjalin masa depan Bersama

Sudah berapa lama kau dan aku bersama? Aku bukan tipe gadis romantis yang selalu menghitung jumlah hari yang sudah kita lalui berdua. Namun rasanya sudah lama sekali terjalin hubungan ini. Mungkin karena kau selalu mampu memberikan rasa nyaman, dan kehidupan sebelum dirimu sudah sulit kubayangkan.
Tak semudah itu mengakui hal semanis ini. Aku memang termasuk perempuan dengan gengsi tinggi, orang yang tak ingin terburu-buru menaruh hati. Tapi mau dilawan seperti apa lagi, kalau hati sudah mengamini dan logika meyakini?
Dari semua pria yang pernah mengisi hati, kau punya sisi unik tersendiri. Dirimu berbeda. Tak sembarangan mengutarakan janji dan lebih suka menunjukkan usaha. Tak kekanak-kanakan dan selalu bersikap dewasa. Tak mudah menyerah di hadapan masalah mengajarkan aku untuk menciptakan peluang di balik sempitnya kemungkinan.
Kau adalah orang pertama yang membuatku sepenuhnya percaya. Latar belakangmu boleh saja sederhana, tapi aku tahu, masa depan bersamamu akan istimewa.
Awalnya aku tak menyangka bisa mengenalmu sedalam ini kemudian jatuh cinta. Wajar saja, kau bukan pria yang terlihat mudah diajak bicara. Aku pun tak begitu mengenalmu pada awalnya. Asing dengan sosokmu sebagai teman,sebagai kekasih kau lebih tak terbayangkan.
Kalimat rayuan yang manis memang bukan senjatamu. Kau sudah punya sikap dan sifat yang dewasa, yang membuat orang lain mudah percaya. Tak perlu menjual kata-kata karena pribadimulah yang berbicara.
Keenggananku untuk menanggapimu di masa-masa awal pendekatan pun tak membuatmu patah arang. (Sudah kubilang bukan, meski dirimu kuhormati, aku bukan orang yang mudah jatuh hati?) Kau memahami keengganan ini dan mencoba mendekati perlahan-lahan. Caramu selalu tak terduga, tapi tulus dan apa adanya. Aku jatuh cinta pelan-pelan, kemudian total.
Bahkan saat tantangan menerpa kita, kau tetap setia. Opsi mudah untuk menyerah tak pernah membuatmu tergoda. Memilihmu adalah keputusan yang tak kusesali. Ada bahagia yang kurasa, selama ini.
Yang kucari bukan lelaki manja yang hanya bisa membual. Tak melakukan apa-apa meski selalu omong besar. Ayolah, sudah terlalu banyak orang seperti itu di sekitar. Tak hanya omong besar, merayu pun mereka jagonya. Dan ketika kami para perempuan tak tertarik, mereka tersinggung luar biasa.
kau berbeda. Dibesarkan keluarga yang sederhana, kau tahu makna bekerja keras demi mendapatkan apa yang dicita-cita. Tak seperti anak-anak yang lain, dalam kamusmu tak ada frasa “tinggal minta”.
Untuk ada di posisimu sekarang, ada waktu pribadi sampai weekend yang harus kau korbankan.
Terima kasih untuk selalu berusaha tanpa banyak bicara. Terima kasih untuk selalu mengingatkanku pentingnya makna bekerja. Terima kasih untuk selalu menginspirasiku agar menjadi pribadi yang dewasa.

Dari seluruh pria lain, kau berbeda. Dan aku percaya, kau partner terbaik untuk menjalin masa depan bersama.

Friday, August 21, 2015

FOR My 01082015

Kau tahu, aku tak pernah memikirkan ini sebelumnya. Jangankan memikirkan cinta, saat itu menepis luka saja aku kewalahan sudah.
Perkenalan kita cukup aneh. Aku baru sadar bahwa ada orang baru di sekitarku. Padahal jika aku tak acuh, mungkin aku sudah menyadari kehadiranmu dari dulu. Kau pun sama, tak pernah menyadari kehadiranku di sekitarmu. Dan ketika tiba waktu itu, kau menghampiriku dan tak segan menyapaku, Mengingat saat itu, aku percaya bahwa pertemuan kita memang sudah terencana indah.

Aku tak pernah berpikir bahwa hubungan kita akan sejauh ini sebelumnya. Bukan bermaksud tak serius dari awal menjalin hubungan ini, tapi melihat masa lalu membuatku tak memikirkan lebih jauh. Membuatku tak mengharap terlalu tinggi. Tapi nyatanya, yang kupikir salah. Semakin lama kau semakin menunjukan rasa cinta yang sesungguhnya, meski tanpa embel-embel kata, tanpa coklat boneka atupun hadiah setiap bulannya.
Caramu memperlakukanku seperti seorang permaisuri di atas segalanya, membuatku merasa cukup untuk kembali jatuh cinta. Cukup untuk kembali percaya. Cukup untuk melihat bahwa ada cinta yang sedang kau perjuangkan sekuat hati dan tenaga.

Aku tahu kau memang sudah dewasa, Sayang. Sudah semestinya kau menjalin cinta yang tak lagi sama saat pikiranmu labil dan saat masih remaja. Berbeda denganku, yang dari awal saja sudah tak pernah berpikir akan sejauh ini hubungan kita.
Sekarang, tidak ada lagi yang perlu kutakutkan. Aku justru bangga sudah diberikan pasangan sepertimu, yang bisa membimbing dan melindungiku kapanpun saat kubutuh. Aku tak lagi takut kehilangan masa muda bersama teman-teman. Karena sifat dewasamu, karena sifat mengertimu yang tak pernah mengekang dan membuatku nyaman.

Setiap hubungan pasti mempunyai lika liku. Tak terkecuali aku dan kamu. Perbedaan kita kurasa memang sulit untuk menyatu. Tak jarang, jika kita sering saling diam kata dan menutup mata. Kau yang tak peka dan aku yang sulit untuk mengalah. Hingga suatu saat, aku ingin pergi meninggalkanmu. 
Keseriusanmu, dengan selalu mempertahankanku, membuatku yakin kau bukan manusia pesimis dan penyerah. Meski kita pernah berjalan tak searah, tapi akhirnya kita kembali dalam tawa dan kau pun berhasil membuatku kembali jatuh cinta.

Maaf sayang, jika aku sering merepotkanmu, membuatmu lelah dengan semua omelanku. Membuatmu kesal dengan sikap egoisku, membuatmu bingung dengan apa yang sebenarnya kumau. Tapi percayalah, sayang. Di sisi lain, aku sedang mempersiapkan diri untuk menjadi calon istri dan ibu yang baik untukmu dan untuk generasimu. Yakinlah bahwa aku selalu berusaha melakukan hal terbaik versiku.
Meski selama bersamaku, kau tak pernah menuntut apa-apa. Tapi aku sadar bahwa semua yang kau anggap tak masalah hari ini, belum tentu sama nantinya. Aku sadar bahwa hidup berumah tangga bukan hanya mengkonsumsi cinta saja. Maka dari itu, aku mau belajar. Agar aku pun tak hanya bisa menunjukkan padamu, tapi juga pada calon ibu mertuaku bahwa anaknya ada pada wanita yang tepat.
Lihat aku sekarang! Aku sedang belajar banyak untuk menjadi calon pendamping hidup, juga ibu dari anak-anakmu. Dulu, aku memang tak mengerti soal bumbu-bumbu. Jangankan mengerti. Membedakan jahe dan lengkuas saja, aku pernah keliru. Tapi sekali lagi sayang, sekarang aku tengah berusaha jadi yang terbaik versiku.

Sayang, terima kasih sudah mau mengajakku ke jalan yang lebih indah dari sebelumnya. Entah bagaimana harus kukatakan untuk semua hal yang sudah kau lakukan. Terima kasih sudah berani datang menghadap sang orang tua, meminta izin untuk menjadi imam putrinya, dan sudah berani meminta izin untuk mengambil alih tanggung jawab sang ayah.

Terima kasih sudah berniat baik dan siap untuk menghalalkan hubungan kita. Terima kasih, karenamu aku tak lagi takut membuang waktuku untuk cinta yang sia-sisa di masa muda. Semoga bahagia ini tak hanya sampai di sini. Semoga nanti, kau dan aku selalu bersama-sama sampai mati bahkan sampai di akhirat nanti. Meski kita pribadi yang berbeda, semoga denganmu aku selalu baik-baik saja.





Tuesday, July 28, 2015

Untuk Segala Perlakuanmu Kepadaku, Kutitipkan Doa Kepada Tuhan Untuk Mengabulkan Janjimu :)






Bismillahirahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Dengan Memohon Ridho dan Rahmat Allah SWT,
Kami bermaksud menyelenggarakan Resepsi Pernikahan kami,

Winda anggraeni, SE
Putri Pertama Kel. Bpk. Zulkarnaen,Bsc dan Ibu Febriyeni

&

Rio Lambang, SE
Putra Pertama Kel. Bpk. M.T.Rudi  dan Ibu Endah Prihartini


Yang Insya Allah akan diselenggarakan pada:
Sabtu, 01 Agustus  2015
Pukul 19.00 - 21.00 WIB
Bertempat di Auditorium Kampus Al-Azhar Pusat
Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Sungguh merupakan suatu kehormatan dan kebahagiaan bagi kami
apabila Bapak/Ibu/Saudara/I
berkenan hadir untuk memberikan do’a restu kepada putra/putri kami

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
 

Winda & Rio




Thursday, July 2, 2015

"Life is a painful experience, but it’s the pain we experience that make us the people we are"

Hubungan bisa dibina karena terdapat kepercayaan di dalamnya, kedua belah pihak harus saling mempercayai satu sama lain untuk mampu bertahan. Tidak hanya untuk pasangan romantis saja, kepercayaan juga berlaku untuk semua macam hubungan. Entah itu hubungan dengan teman, rekan kerja, bahkan anggota keluarga.
Tanpa adanya kepercayaan, sebuah hubungan tak dapat dibina.
Setiap orang yang berinteraksi dengan kita, pastilah akan kita percayai dengan cara tertentu. Karena semua hubungan membutuhkan rasa aman dan nyaman. Semakin dalam kepercayaan sebuah hubungan maka akan semakin bermakna hubungan yang dibina.
Ketika kita percaya dengan seseorang, mau tak mau kita akan bersikap terbuka kita ingin mereka menilai kita apa adanya dan tidak menghakimi. Percaya atau tidak, semakin kita percaya dengan seseorang, maka akan semakin erat hubungan kita dengan orang tersebut. Memang tidak setiap hubungan memiliki masalah yang sama, namun ada satu masalah yang mungkin tidak pernah terpikirkan oleh kita.
Setiap hubungan tidak akan pernah lancar perjalanannya,dan melukai pasangan akan menjadi hal yang tak terelakkan.
“Melukai” adalah istilah yang luas. Istilah melukai bersifat objektif dan tak pernah sama artinya, tergantung bagaimana keadaan yang menimpanya.
Sesuatu yang melukai pasangan kita, belum tentu melukai kita.
Dan ketika kita membicarakan rasa sakit yang bersifat emosional, biasanya terjadi ketika harapan dan kenyataan tidak berjalan pada satu jalur yang sama. Dan kenyataan lainnya ialah, bahwa suatu saat kamu akan melukaii pasanganmu, cepat atau lambat, entah itu disengaja ataupun tidak. Karena terluka dan melukai adalah satu hal yang tak mungkin kamu hindari. Bisa saja ada satu hal yang menurutmu biasa saja, namun partnermu berkata sebaliknya.
Meskipun kita semua percaya bahwa cinta itu indah dan dapat mengalahkan segalanya, terkadang ego yang tak mampu dikendalikan bisa jauh lebih berbahaya dari cinta yang kalian bina. Memang sih cari aman adalah cara yang termudah. Dan pasti ada pasangan di luar sana yang menginginkan sebuah hubungan yang biasa-biasa saja, aman, dan berjalan lancar sama seperti orang normal kebanyakan. Namun tahukah kamu bahwa sebagian besar pasangan menginginkan sedikit ‘tantangan’ dalam hidup mereka.
Tantangan membutuhkan drama, drama membutuhkan perubahan, perubahan membutuhkan sebuah masalah, dan masalah akan hanya membuat kita terluka.
Kita tidak hanya ingin dicintai atau mencintai; kita ingin sama-sama saling mencintai. Cinta dan perasaan jatuh cinta bukanlah hal yang sama. Dan ketika kita menginginkan keduanya, kita akan lebih menginginkan hal-hal yang tak pernah terjamah sebelumnya. Sudah menjadi sifat manusia bahwa kita tidak akan pernah merasa puas.
Kita ingin memiliki hubungan yang menyenangkan, yang membuat kita saling membutuhkan dan merasa rindu satu sama lain. Tahukah kamu, bahwa rasa rindu adalah bentuk lain dari rasa sakit yang melukai? Tentu saja, ada perasaan lain yang terlibat, namun tak ada yang menyangkal bahwa rindu adalah rasa sakit yang memang nikmat untuk dirasakan.
Secara fisik mungkin partnermu memang aman — dan sudah seharusnya kalian merasa aman jika bersama. Namun jika ia tidak merasa aman ketika bersamamu, maka ada sesuatu yang salah dalam hubungan kalian dan dalam caramu memperlakukan partnermu.
Jika telah menjalin hubungan, sudah sewajarnya pula jika kalian takut kehilangan satu sama lain. Bukankah rasa cinta juga termasuk dengan rasa takutnya? Takut akan kehilangan orang yang kamu cintai. Takut bahwa suatu saat ia mungkin akan berpaling ke orang lain.
Faktanya, kehidupan itu seperti sebuah kotak coklat yang nggak pernah kamu tahu apa isinya. Bisa berisi kismis, kacang, atau selai. Ada isi coklat yang kamu suka, ada juga yang tidak. Namun manisnya coklat sudah mampu membuatmu tersenyum.
Nggak ada yang bilang bahwa hidup akan baik-baik saja, setiap hubungan pasti akan menemui tantangan dan rasa sakit (sekali lagi) tak terbantahkan. Tujuan utama setiap hubungan adalah saling membahagiakan satu sama lain dengan meminimalisir rasa sakit yang akan dirasakan.

Rasa sakit itu yang membuat cerita kita menjadi menarik dan entah kenapa layak untuk dipertahankan. Merasa terluka tidak selalu menjadi hal buruk, namun jika kita membuka mata, sebuah luka akan mengajari kita akan makna sebuah hubungan.


Janji terburuk yang (akan) kamu buat kepada partnermu adalah janji bahwa kamu nggak akan pernah menyakitinya. Padahal, kamu (sudah jelas) akan menyakitinya, entah dengan cara apa. Rasa terluka bukan untuk dihindari, namun untuk dipelajari agar hubungan kalian menjadi semakin berisi.

Ini Bukan Tentang Pertemanan,Ini Tentang Kalian (Sahabat)

Ikatan yang satu ini boleh jadi tak sesering itu diperhatikan. Namun, selalu ada yang menarik untuk diangkat, dibicarakan, kemudian dimasukkan dalam kompartemen penuh kenangan. Di akhir hari, kita akan sepakat bahwa pertemanan adalah soal siapa yang akhirnya bertahan — setelah dihadapakan pada berbagai keadaan
Orang bilang perkawanan adalah keluarga yang kita pilih sendiri. Mereka yang rela mendampingi tanpa banyak pretense
Tidak semua orang beruntung ditempatkan dalam pertemanan yang membangun. Ikatan yang bukan cuma sekadar berisi kumpul-kumpul, tapi juga membuat otak dan semangat mengebul.
Perkawanan yang baik memberi kita ruang hangat baru selekat keluarga. Tempat kita bisa diterima, didorong, kemudian berkembang sebagai manusia. Tidak berlebihan rasanya jika kemudian perkawanan dilabeli sebagai ikatan keluarga yang bisa dipilih sendiri. Sebab di sini dukungan selekat saudara sendiri bisa datang dari berbagai sisi.
Entah bagaimana jala-jala hidup membuat dekat begini rupa. Tanpa perlu berkirim pesan tiap waktu, tanpa berlu bertatap muka di setiap akhir minggu, tanpa agenda pasti bertemu
Pertemuan yang ala kadarnya tidak menyurutkan ikatan yang ada. Jika ditanya siapa orang terdekat dalam hidupmu yang keluar adalah nama-nama mereka. Beberapa cerita juga hanya bisa dibagi pada orang-orang ini saja. Dengan sabar mereka akan mendengar keluh kesah dan impian-impian anehmu tanpa mengernyitkan alis mata.
Mungkin kalau tiba-tiba kamu beralih profesi menjadi penulis kacangan yang karyanya tak pernah dimuat mereka juga akan jadi pendukung utama yang paling memahaminya. Ada beberapa rencana dan impian yang hanya bisa kalian wujudkan bersama. Tak mungkin di lingkaran pertemanan lainnya. Sekedar pergi ke luar kota dan menginap beberapa malam saja. Terlihat sederhana memang, tapi siapa yang bersedia menjadi pengendara layaknya sopir bus antar kota? Siapa yang bisa tetap asyik walau hanya makan kurang dari 10 ribu rupiah tiap kalinya? Orang tua mana yang tenang anaknya pergi dengan lelaki yang bukan muhrim bila bukan dengan sahabat lelaki yang menjaga dan terpercaya?
Kamu tak perlu ada setiap waktu bagi sahabat yang kau cintai dan mencintaimu. persahabatan lah yang akan melekatkan kalian, saat rindu sudah mulai bertalu.

Terima kasih Tuhan, telah kau tempatkan aku dalam pertemanan macam itu.

Monday, June 8, 2015

Kau pemeran utama yang kubutuhkan untuk mengakhiri dongeng

Menjatuhkan hati pada seseorang yang kita kenal sejak lama, bukanlah suatu hal yang tak biasa. Sering kali ketika dua orang berbeda gender menjalin pertemanan hingga bertahun-tahun lamanya, salah satu pasti ada yang memendam rasa. Dan seringnya, ketika sudah jatuh cinta, rasa itu hanya terpendam dan takut untuk diungkapkan. Alasannya tak pernah jauh berbeda.
Ini adalah coretan tentang masa lalu yang tak pernah lekang oleh waktu.
Tentang seorang gadis yang pernah bercerita tentang indahnya cinta di masa depan. Bagaimana jika apa yang menjadi keinginan di masa depannya justru adalah yang ia kenal di masa lalu?
Berungkap cinta, atau memendam rasa hingga semua berjalan apa adanya? Seperti sinar surya yang terbit dari cakrawala timur, kau hadir menghangatkan hatiku yang beku. Memberi terang pada hidupku yang abu-abu. Bukankah kala itu bahagia sedang berpihak pada kita?Tawa yang mendengung keras di tengah gersangnya lahan tandus sekolah, memberi sekian juta memori yang sulit kulupakan, karena alam pun tahu, kitalah dua insan yang paling berbahagia dengan cara kita masing-masing.

Kehadiranmu membawa bahagia bagi hidupku. Mengetahui namamu, seperti mengetahui cinta telah datang di ambang pintu hatiku yang mulai terbuka untukmu.

Ketika aku asyik bermain di bawah terik matahari, berlari ke sana-sini, mencari tahu apapun yang selalu aku ingin tahu di alam yang indah ini, kau justru membeku di balik selimut tebalmu sembari menggerakkan tanganmu, membolak-balik halaman pada bukumu.
Mungkin saat itu, di matamu aku hanya gadis yang terlalu banyak membuang waktu untuk melebarkan tawaku, berteriak tak jelas hingga ruangan kelas itu penuh dengan dengunganku. Namun percayakah, setiap inci gerakan yang kau kira konyol itu, tak sedetikpun aku menyia-nyiakan mataku untuk berlabuh pada mata teduhmu. Memuji segala tindak Sepurnamu.

Cause all of me, loves all of you. Love your curves and all your edges. All your perfect imperfections.

Kala itu hujan memberi kejutan bagi kita. Dalam sekejap, tak ada yang berlarian mengelilingi lahan tandus sekolah itu lagi, atau sekadar berlari kencang demi mengantri di depan warung bubur di kantin sekolah. Orang itu aku, sedang berdiri kaku sembari menadahkan danau tanganku—merasakan dingin dari tetesan air hujan itu.
Kepada yang lainnya, aku bercerita tentang masa depan. Tentang cinta yang saat itu mulai tabu diperbincangkan. Yang kami tahu, cinta itu menyejukkan, seperti tetesan hujan ini. Namun pada kenyataannya, cinta itu indah namun menyesakkan.
Melihatmu tertawa, membuatku merasakan cinta yang dalam. Mengenalmu membuatku tahu tentang indahnya perbedaan. Namun mengetahui perasaan ini hanya dapat tertutup dalam-dalam, membuatku sulit terbiasa seperti sedia kala.Mengapa harus padamu kurasakan jatuh cinta? Mengapa ketika sudah terlalu dalam, aku hanya bisa diam memendam rasa?.Mungkin cinta tak sedang memihakku kala itu. Kini, memiliki waktu untuk sekadar berbincang denganmu menjadi harga yang mahal untuk kudapatkan. Sebagai anak kecil yang haus perhatian, aku tahu rasanya terlupakan.
Aku menghitung waktu untuk kau mengatakan sesuatu barang hal tak penting sekalipun, namun kau malah asik bercengkerama dan tertawa lepas bersamanya yang katamu ayu itu. Kau mengaguminya karena parasnya, namun aku mengagumimu atas segala baik-burukmu.
Apapun itu, meski buruk bagimu adalah yang perlu untuk kucintai. Aku menyukai segala yang tertanam di dirimu, namun aku mulai benci jika rasa itu harus kaualihkan ke lain arah—mengempas yang jauh lebih dulu ada.
Lonceng kelulusan kita telah berbunyi. Aku melihat binar bahagia atas keberhasilanmu menjadi sosok yang selalu sempurna di mataku. Apakah artinya perpisahan telah begitu dekat dengan kita? Tak inginkah sejenak kau duduk di sampingku, kemudian menyediakan sepuluh detik waktumu untuk mendengar dongeng masa depanku?

Bukan sebentar bila bertahun-tahun lamanya kulalui tanpa mengetahui kabarmu. Katakan padaku, berapa mil jarak telah memisahkan kita? Mengharuskanku untuk kembali mengingat kenangan-kenangan kecil kita di ruang sekolah itu.
Sepatah kata darimu terlalu berarti untuk tak kusimpan dalam hati.
Mengapa skenario yang kita mainkan tidak pernah selesai?
Mungkin jika Tuhan mengizinkanku untuk bertemu denganmu, tak inginkah sekali lagi kau duduk di sampingku kemudian bertanya kabarku? Aku tak meminta kau bertanya bagaimana akhir kisah tentang dongeng masa depanku.
Kuyakin kau telah menyimpan skenario lain yang perlu kaumainkan bersama lawan mainmu yang baru — dan kutahu itu bukan aku.


Kau yang kuinginkan atas dongeng masa depan itu.
Kau pemeran utama yang kubutuhkan untuk mengakhiri dongeng agar bahagia seperti apa yang kumau.